TEMPO.CO, Jakarta - Semrawutnya perkuliahan menjalar ke manajemen keuangan kampus Universitas Surya yang kini dilanda krisis finansial. Uang sebenarnya bukan persoalan bagi kampus yang didirikan Yohanes Surya, termasuk juga Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Surya.
Hampir semua mahasiswa STKIP yang berasal dari daerah berstatus sebagai penerima beasiswa yang menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah tempat mereka berasal. Biaya tiap mahasiswa dipatok Rp 3 juta per bulan. Uang itu sudah mencakup biaya asrama, konsumsi, transportasi, dan perkuliahan. Jika hal itu berjalan normal, seharusnya keuangan kampus tak akan goyah.
Baca: Masalah KTA Universitas Surya, OJK Akan Tegur Bank Mandiri
Bekas orang dekat Yohanes mengatakan keuangan STKIP Surya sejak awal tidak dikelola dengan baik. “Rekeningnya bercampur dengan Universitas Surya dan perusahaan lain,” ucapnya. Petinggi di STKIP Surya dan Universitas Surya yang ditemui terpisah mengiyakan hal ini. Pertanggungjawaban keuangan kampus pun buruk.
Yohanes acap menggabungkan urusan Yayasan Surya Institute, sebagai pengelola kampus, dengan PT Surya Research International (SRI), perusahaan bisnisnya. “PT SRI ini memang didirikan sebagai pencari dana support untuk yayasan,” ujar Yohanes saat ditemui Tempo pada pertengahan Juni lalu. Misalnya, ia menawarkan berbagai kursus matematika dan fisika untuk murid dan guru.
Kursus itu adalah Surya Intensive Program, yang ditujukan untuk anak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Mereka diberi pelajaran khusus matematika dan fisika dengan metode Gasing (gampang, asyik, menyenangkan) temuan Yohanes. “Kami ikut serta karena berharap anak-anak Papua bisa ikut Olimpiade Matematika dan Fisika,” kata Bupati Merauke 2011-2015, Romanus Mbaraka.
Baca: Universitas Surya Terjerat Utang Rp 16 miliar
Romanus mengakui kerja sama dengan Universitas Surya itu tak berjalan baik. Anak-anak sekolah itu keteteran menjalani pelajaran lain dan kesulitan mengikuti ujian nasional. Ada pula soal keuangan. “Ada beberapa problem, terutama soal anggaran,” ujarnya.
Anggaran Rp 38,3 Miliar