TEMPO.CO, Bandung - Perupa Tisna Sanjaya dan komunitas Seniman Jeprut Bandung menghelat diskusi soal seni dan budaya di ruang publik dengan sejumlah pembicara di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung, Sabtu, 22 Juli 2017.
Temanya terkait patung-patung buatan seniman yang dibongkar pemerintah daerah maupun organisasi massa seperti di Bekasi, Bandung, dan yang terbaru di Pangandaran. Karena tak cukup dana, Tisna mengganti uang honor para pembicara dengan lukisan.
Baca : 300 Seni Tradisional Jawa Barat Terancam Punah
Usai acara, Tisna memberikan buku tentang seni jeprut ke setiap pembicara. "Honor pembicara akan diganti dengan lukisan, temanya sesuai diskusi hari ini," kata dosen Seni Rupa ITB itu. Pembicara ada enam orang yaitu Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bandung Kenny Dewi, pakar Tata Ruang ITB Roos Akbar, pematung Nyoman Nuarta. Selain itu ada dosen patung ITB Andryanto Rikrik, perwakilan Bupati Pangandaran, dan Asep Salahuddin dari Nahdlatul Ulama Jawa Barat.
Diskusi tersebut membahas fenomena perobohan patung-patung karya seni di ruang publik kota. Beberapa kasus diantaranya patung Cendikiawan di Kota Bandung karya Ketut Winata yang dibongkar tanpa pemberitahuan ke seniman dan pihak yang membuatnya.
"Waktu dikabarkan hilang, kami (dosen seni rupa di ITB) bingung saling bertanya," kata Rikrik.
Pembongkaran terbaru menyusul di Pangandaran. Sebuah patung ikan yang berada di bundaran Kota Pangandaran dirobohkan pemerintah daerah untuk diganti patung baru.
Setelah dibongkar, baru ketahuan patung itu karya Nyoman Nuarta. "Kami sudah minta maaf ke beliau," kata Usep Effendi, staf Dinas Pendidikan utusan Bupati Pangandaran di acara tersebut.
Simak : ISI Yogya: Seni untuk Menjaga Pluralitas dan Kedamaian
Menurut Usep, patung Nyoman itu dipasang semasa wilayahnya masuk Kabupaten Ciamis. Kini setelah empat tahun sejak pemekaran menjadi Kabupaten Pangandaran, mereka mengaku tidak punya informasi lengkap soal kepemilikan patung selain nama sebuah perusahaan rokok yang memelihara patung itu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bandung Kenny Dewi mengatakan, keberadaan patung seni di ruang publik kota penting sebagai estetik dan daya tarik wisatawan. Soal masalah pembongkaran patung ia menyimpulkan karena kurangnya komunikasi dan informasi antara birokrat dengan warga serta pembuat patung.
ANWAR SISWADI