INFO PURWAKARTA - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjamin tak ada praktik perundungan atau bullying selama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) berlangsung bagi para siswa baru tahun ajaran 2017/2018. “Bullying? Enggak mungkin," kata Dedi, Rabu, 19 Juli 2017.
Ia menegaskan, jika terjadi pelanggaran pada masa MPLS, terutama praktik bullying, oknum dan guru pembimbing serta kepala sekolahnya dipastikan mendapatkan hukuman.
Karena itu, Dedi meminta seluruh warga aktif memantau jalannya MPLS di setiap sekolah. "Jika ada yang melihat langsung dan punya bukti pelanggarannya, segera lapor melalui SMS Center atau saluran media sosial milik saya, pasti segera ditindaklanjuti," ujarnya.
Kang Dedi, sapaan akrab Bupati, menekankan agar MPLS di semua sekolah di daerahnya hanya untuk sosialisasi sekitar sekolah, juga dikenalkan dengan obyek-obyek penting di Purwakarta. Obyek penting yang dimaksud Kang Dedi adalah ruang terbuka publik, seperti taman kota Komplek Perkantoran Bupati, Taman Panca Warna, Taman Maya Datar, Taman Pasanggrahan Pajajaran, Galeri Wayang Golek, dan Taman Sri Baduga.
Pengenalan para siswa baru ke lokasi itu penting dilakukan sebagai wujud pendidikan berkarakter berazas lingkungan dan melakukan pendidikan akhlak dengan mengadakan tadarus Al-Quran buat para pelajar muslim serta mempelajari kitab suci lain untuk yang beragama non-Islam.
Baca Juga:
Kepala Sekolah SMPN 2 Purwakarta Yoyoh mengapresiasi sentuhan pendidikan berkarakter lingkungan dalam program MPLS yang ditetapkan Gubernur Purwakarta tersebut. "Alhamdulillah, anak-anak menerimanya dengan gembira," tuturnya.
Sesuai dengan saran Kang Dedi, kata Yoyoh, kegiatan sosialisasi lokasi penting di kota Purwakarta itu diawali dengan melakukan tadarus Al-Quran dan mengkaji kitab suci lain bagi pelajar nonmuslim. "Kami awali kegiatan ini dengan mengisi rohani dulu," ucapnya.
Salah seorang siswa baru SMPN 2 Purwakarta yang mengikuti kegiatan MPLS, Dimas Prasetya, mengaku menikmati seluruh kegiatan di alam terbuka berbasis lingkungan tersebut. “Tadinya sempat mikir takut dibawa ke tempat yang aneh-aneh, ternyata dibawa mengaji, keliling taman, dan ke museum. Mengasyikkan pokoknya,” katanya. (*)