TEMPO.CO, Manado - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan kasus bom panci Bandung merupakan fenomena baru karena pelaku belum terkait dengan jaringan teroris tertentu dan menjadi radikal karena internet sehingga mendukung ISIS.
"(Kasus bom panci Bandung) ini adalah fenomena baru yang sebenarnya di luar negeri sudah ada sejak 10 tahun lalu," kata Tito di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado, Minggu, 9 Juli 2017.
Baca juga: Sebuah Bom Panci Tak Sengaja Meledak di Bandung
Pada Sabtu sore lalu, sebuah ledakan yang diduga berasal dari bom panci menggegerkan warga Kampung Kubang Beureum, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Buah Batu, Bandung. Ledakan tersebut terjadi di dalam kamar yang dikontrak Agus Wiguna, 21 tahun. Saat ledakan, Agus sedang berjualan bakso di tempat lain di Bandung.
Menurut Tito, pelaku bom panci Bandung menjadi radikal lantaran membaca sumber tertentu di Internet. Pelaku kemudian belajar membuat bom dari Internet dan ingin melakukan penyerangan sendiri.
Tito mengatakan perlu aksi kontra-terorisme untuk mencegah agar masyarakat yang rentan terhadap radikalisme tidak mudah terpengaruh dengan paham tersebut.
Dalam upaya pencegahan agar kasus seperti bom panci Bandung tidak terjadi lagi, Tito menuturkan, "Kontra-radikalisasi ini melibatkan banyak pihak, tak hanya intelijen. Ini agar kelompok masyarakat yang rentan itu tidak menjadi teroris."
ISA ANSHAR JUSUF