TEMPO.CO, Bandung - Nama Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjadi salah satu kader Partai Amanat Nasional atau PAN yang digadang-gadang akan berlaga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat bersama artis sekaligus anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Desy Ratnasari.
“Memang dari DPP untuk Jawa Barat ini ada dua nama, betul, saya dan Desy. Sebagai kader, tentu kita harus siap mengikuti arahan dan kebijakan partai, tapi tentu ada faktor-faktor yang harus dihitung. Pertama, survei. Kedua, komunikasi dengan partai-partai. Dua hal itu menjadi penting,” kata Bima di Bandung, Selasa, 4 Juli 2017.
Bima masih belum memutuskan langkah politiknya soal berlaga di pemilihan gubernur Jawa Barat. “Kalau saya pribadi masih merenung dan menghitung apakah sudah waktunya di Jawa Barat atau masih ingin berkhidmat di Bogor menyelesaikan PR (pekerjaan rumah). Satu-dua bulan ini masa yang penting untuk berkomunikasi, melihat hasil survei, dan mendengar warga Bogor. Satu-dua bulan ini akan saya putuskan langkahnya ke mana, insya Allah,” katanya.
Kendati demikian, Bima sudah menjajaki komunikasi politik dengan sejumlah nama yang muncul menjadi kandidat calon gubernur Jawa Barat. “Komunikasi dengan semua. Dengan Kang Emil (Wali Kota Bandung Ridwan Kamil). Bukan hanya soal pilkada kalau dengan Kang Emil, dengan banyak hal. Dengan Pak Deddy Mizwar (Wakil Gubernur Jawa Barat), PAN juga ada komunikasi. Juga Dedi (Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi),” ucapnya.
Menurut Bima, pilkada Jawa Barat saat ini mengerucut pada tiga nama kandidat tersebut. “Kami komunikasi, terutama dengan tiga tokoh ini. Kami melihat sekarang kutubnya ada pada tiga orang ini, yakni Kang Emil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi,” tuturnya.
“Deddy Mizwar memang memiliki keunggulan karena sudah memiliki jam terbang di provinsi, surveinya juga baik. Jadi wajar kalau Ketum (Ketua Umum PAN) mengapresiasi kinerja Deddy Mizwar. Namun Kang Emil juga tetap sosok potensial yang mungkin saja PAN melabuhkan pilihan kepadanya. Jadi masih terbuka,” katanya.
Bima mengatakan semua partai saat ini tengah menjalankan komunikasi politik untuk mencari komposisi yang pas. “Jawa Barat tidak bisa dibangun dengan satu segmen saja, harus semua. Karena itu, racikan dan komposisinya harus komposisi yang bisa paling tidak menjamin keberpihakan pada semua, tidak pada satu atau dua golongan. Jadi semua partai sekarang arahnya ke sana, berusaha saling melengkapi,” ujarnya.
Adapun PAN, kata dia, memilih realistis menimbang hasil survei yang beredar saat ini. “Kalau PAN cukup realistis. Dalam pengamatan kami, PAN mempelajari hasil survei, tidak terlalu mengarah pada nomor 1, tapi siap mendampingi posisi-posisi yang diunggulkan di survei. Posisi cawagub (calon wakil gubernur),” tuturnya.
Kendati mengaku siap mengikuti keputusan partainya, Bima Arya masih berat meninggalkan Kota Bogor. “Hati saya sebetulnya di Bogor. (Kalau ada instruksi partai) harus siap,” katanya. “Tapi partai akan melihat survei dan mendengar pendapat saya. Utamanya, saya harus mendengar pendapat Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri di rumah, itu penting.”
AHMAD FIKRI