TEMPO.CO, Makassar - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan pengusaha harus mendapat dukungan. Ini karena pengusaha berperan memberikan pekerjaan kepada masyarakat. Bahkan, negara yang maju pasti didukung para pengusaha yang kuat.
"Tak ada negara yang maju tanpa pengusaha yang kuat. Yang memberikan pekerjaan masyarakat itu kan pengusaha bukan pemerintah," kata Jusuf Kalla saat menghadiri pertemuan Saudagar Bugis Makassar di Hotel Fourt Point by Sheraton Makassar, Sabtu, 1 Juli 2017.
Baca: Ribuan Warga Hadiri Open House JK, Acara Dibuka Lebih Awal
Menurut Kalla, peran pengusaha sangat penting karena mereka yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia serta produsen dan konsumen. Sehingga untuk menjadi pengusaha yang maju maka diperlukan ide-ide kreatif dan inovatif.
"Siapa yang bayar pajak kalau bukan pengusaha. Jadi semangat pengusaha ditumbuhkan," tutur JK, sapaan Jusuf Kalla.
Baca: Seusai Lebaran, Wapres JK Kunjungi Proyek Infrastruktur Makassar
Dia menjelaskan seseorang bisa menjadi pengusaha itu tanpa harus bersekolah tinggi karena yang bisa mengajarkannya hanya dari pengalaman kesuksesan dan kegagalan.
"Kenapa menteri tak bisa mengajar pengusaha? Karena mereka belajar dari kesuksesan dan kegagalan bukan diukur dari sekolahnya. Kalau dari belajar maka profesor juga bisa berdagang luar biasa."
Karena itu, JK melanjutkan, negeri ini perlu keseimbangan pengusaha Tionghoa, Bugis Makassar, Aceh, Jawa, Minang, Bali, dan Padang. "Kalau hanya pengusaha Tionghoa yang maju terus yang lain tidak maka tidak seimbang," kata JK memeparkan. "Tapi pengusaha Bugis Makassar dan Padang itu mudah bergaul."
Bahkan, kata JK, polisi dan tentara kuat lantaran pengusaha yang bayar pajak dan 25 persen saham pemerintah itu ada pada pengusaha dalam bentuk pajak penghasilan. "Jadi kita bukan berbicara suku tapi negara dan Indonesia harus perkuat perekonomian sosialnya. Ingat juga pengusaha agar memajukan daerahnya, misalnya perbaiki rumahnya sendiri," ujar JK.
Kendati demikian, ucap dia, masih banyak mahasiswa yang berharap menjadi pegawai negeri. Padahal banyak orang makmur dan sukses bukan karena pegawai tapi menjadi pengusaha.
"Zaman dulu kalau mahasiswa ditanya mau jadi apa, jawabnya PNS. Tapi banyak orang makmur itu karena pengusaha. Itulah setiap pertemuan, bagus kalau ada mahasiswa diundang," ujar orang nomor dua di Indonesia ini.
DIDIT HARIYADI