INFO NASIONAL - Di saat umat Islam merayakan hari raya dengan penuh suka cita karena telah meraih kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, kebahagiaan tersebut terasa terusik dengan beberapa hal yang mendiskreditkan Islam, yang mulai dirasakan sejak menjelang Ramadhan hingga pada hari kemenangan Idul Fitri 1438 H di tahun 2017 ini. Mulai dari maraknya kriminalisasi gerakan ulama yang meminta penegakan hukum, teror bom di Kampung Melayu, teror di Sumatera Utara, yang secara tidak langsung diopinikan dengan gerakan Islam. Juga pelarangan takbir keliling yang sudah menjadi tradisi sebagai ungkapan kemenangan dan bagian dari Syiar Islam.
Sekarang hadir kembali sebuah Video dengan judul "Kau adalah aku yang lain" yang diunggah divisi humas Mabes Polri, yang dengan begitu jelas mempertontonkan seolah-olah umat Islam intoleran, pengajian yang merupakan bagian dari Syiar Islam, yaitu pengajian seolah-olah mengganggu ketertiban umum dan semena-mena. “Yang sangat miris dan membuat saya kecewa adalah video tersebut, diunggah oleh instansi yang seharusnya memberi rasa aman, nyaman dan tenteram, instansi yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat, tapi kok justru malah berbuat sebaliknya. Sebagai Senator dan putra daerah Jakarta, saya sangat menyayangkan segala bentuk tindakan yang jelas-jelas mendiskreditkan dan melemahkan Syiar Islam,” tutur Senator asal Jakarta, Dailami Firdaus.
“Kami umat muslim sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dan kami sangat menghormati perbedaan dan mencintai Tanah Air. Syiar yang kami lakukan adalah untuk memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan serta memperkuat tali silaturahmi. Islam adalah agama yang sempurna dan agama yang tidak membalas atau melakukan hal-hal yang di luar koridor hokum,” kata Bang Ali, sapaan akrab Dailami Firdaus.
Dia juga mencatat, di hari raya Idul Fitri 1438 H ini, terkait pelarangan takbir keliling yang disampaikan kepada umat Islam di Jakarta tidak tepat kalau dikatakan akan mengganggu ketertiban umum. "Zaman Pak Harto hingga SBY takbir begitu semarak. Artinya, seluruh pemimpin negara tidak ada yang melarang takbir keliling. Baru rezim ini takbir dan Syiar Islam dilarang,” ucapnya.
Karenanya, dia berharap agar gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta terpilih nantinya mampu memberikan rasa keadilan dan tidak melarang takbir keliling lagi. “Ini merupakan bentuk Syiar Islam, dan umat Islam saya sangat yakin dapat menjaga ketertiban. Lihatlah bagaimana aksi 212 jutaan orang, rumput pun tidak rusak, tanaman terawatt, kebersihan terjaga,” ungkat Bang Dailami.
Dia memberi masukan agar gubernur dan wakil gubernur terpilih nantinya jangan sampai mengeluarkan intruksi atau peraturan yang seolah-olah lebih berpihak kepada salah satu pihak, dan akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial bagi pihak lainnya yang akan berujung kepada hal-hal yang merugikan, terutama dalam perayaan hari besar lainnya.
“Karena saya yakin segala bentuk ketidakadilan akan menjadikan celah untuk kehancuran. Poin ini harus menjadi catatan agar kenyamanan dan kententraman serta keamanan masyarakat Jakarta dapat terwujud. Di bulan yang Fitri ini, saya meminta dan berharap agar tidak ada lagi upaya-upaya mendiskreditkan syiar dan tradisi yang sudah turun-temurun dilaksanakan oleh seluruh umat Islam Indonesia umumnya, dan Jakarta khususnya. Mari bersama kita saling bahu-membahu dan bergandengan tangan menuju Jakarta yang religius dan humanis, serta menatap Indonesia sejahtera dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya,” katanya. (*)