TEMPO.CO, Wonosobo - Penganut Islam Aboge atau Alif Rebo Wage di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah merayakan Idul Fitri pada Selasa, 27 Juni 2017.
Sesepuh penganut Islam Aboge di Dusun Binangun, Desa Mudal, Kecamatan Mojo Tengah, Wonosobo, Sarno Kusnandar, mengatakan Idul Fitri atau 1 syawal jatuh pada Selasa Pon sesuai penanggalan Jawa.
Baca: Umat Muslim Salat Idul Fitri di Ufa, Rusia, Begini Pesan Putin
Penganut Islam Aboge di sana tidak menjalankan salat Idul Fitri di masjid seperti mayoritas umat Islam. Pada Senin malam hingga Selasa dini hari, penganut Islam Aboge menggelar ritual bersemadi dan menyiapkan sesaji.
Ritual itu merupakan wujud syukur penganut Aboge memperingati 1 Syawal. "Kami mendoakan leluhur dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan untuk berkah rezeki dan keselamatan," kata Sarno, Selasa, 27 Juni 2017.
Mereka menyebut Idul Fitri sebagai Riyadi atau Riyoyo. Dalam Bahasa Jawa, Riyadi akronim dari ri yang berarti hari dan adi yang punya arti linuwih atau lebih. Riyadi punya makna hari yang lebih untuk saling memaafkan dan mendoakan setelah menjalani puasa selama 30 hari.
Baca: Presiden Trump Akhiri Tradisi Buka Puasa Bersama di Gedung Putih
Aboge merayakan Idul Fitri dengan ritual selamatan. Masing-masing keluarga Aboge membawa nasi dan lauk (telur, ikan, daging, sayur). Mereka lalu berkumpul bersama, bersalaman, dan menyantap makanan. Selain itu, mereka juga menyuguhkan makanan ringan dan minuman di setiap rumah, sama seperti umat Islam pada umumnya.
Di dusun itu terdapat setidaknya 300 orang penganut Aboge. Hampir semua penganut Aboge Wonosobo berhimpun pada penghayat kepercayaan Tunggul Sabdo Jati, semacam perkumpulan penganut kejawen. Sarno, 65 tahun, mewarisi kepercayaan Aboge secara turun-temurun dari nenek moyangnya.
Aboge diadopsi dari nama penanggalan Jawa. Dalam sistem penanggalan Jawa, tanggal satu Suro (Muharam dalam tahun Hijriyah) tahun Dal selalu dimulai pada Hari Rebo Wage.
Dalam perhitungan hari penanggalan Jawa ada lima nama hari, yaitu pon, wage, kliwon, legi, dan pahing. Penanggalan Jawa memiliki delapan nama tahun. Tahun pertama bernama Dal. Secara periodik dalam setiap delapan tahun akan berjumpa lagi dengan tahun Dal.
SHINTA MAHARANI