TEMPO.CO, Bangkalan - Pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2018 laksana panggung bagi dua tokoh Nahdlatul Ulama, Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa. Pendapat itu disampaikan Effendi Choiri, Wakil Ketua Bidang Keagamaan Dewan Pimpinan Pusat Partai NasDem saat safari Ramadan di Kabupaten Bangkalan.
"Kelompok lain gak punya figur, kaum nasionalis cenderung pada salah satu diantara Saifullah Yusuf dan Khofifah. Saya senang hanya NU yang punya figur di Jatim," kata Effendi yang juga bekas politikus Partai Kebangkitan Bangsa, Senin, 19 Juni 2017.
Baca: Alasan Kiai NU Dukung Saifullah Yusuf Jadi Calon Gubernur Jatim
Menurut Effendi, Syaifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul dan masih menjabat wakil gubernur adalah tokoh paling populer di Jawa Timur saat ini. Popularitas Saifullah, ujar Effendi, hanya bisa diimbangi oleh Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa yang kini menjabat Menteri Sosial.
"Tokoh lainnya gak ada yang bisa nyaingin Gus Ipul, cuma Khofifah yang bisa. Makanya saya sebut Pilgub Jatim panggungnya dua tokoh ini," kata Efendi Choiri yang akrab disapa Gus Coy.
Fakta itu juga, kata Gus Coy, akan dijadikan dasar oleh DPP NasDem dalam menentukan siapa calon yang akan didukung. Apakah mendukung Gus Ipul atau Khofifah, dengan catatan Khofifah maju melepas jabatan menteri dan maju menjadi kandidat calon gubernur. "Kami belum bersikap soal Pilgub Jatim, tapi intinya kalau gak Gus Ipul ya Khofifah. Gak mungkin dua-duanya," ujar dia.
Simak: Disebut Masuk Bursa Pilkada Jatim, Khofifah Hanya Tersenyum
Soal wacana Gus Ipul calon tunggal dalam pemilihan gubernur, Effendi mengatakan ada dua hal membuat calon tunggal terwujud. Pertama, kata dia, Khofifah tidak mencalonkan diri. Kalau Khofifah Indar Parawansa tidak maju, tokoh-tokoh lain dipastikan tidak mampu bersaing, sehingga bila dipaksakan head to head dengan Gus Ipul hanya buang-buang anggaran.
Kedua, menurut Effendi, wacana calon tunggal Pemilihan Gubernur Jawa Timur karena trauma Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang melelahkan. Sehingga calon tunggal dianggap solusi pas untuk mencegah polemik karena pilkada. "Pilgub DKI itu melelahkan, termasuk saya sangat lelah. Kalau dengan calon tunggal aman, gak perlu berantem lagi, bagus juga," kata dia.
MUSTHOFA BISRI