TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi juga hadir di Universitas Gajah Mada, Sabtu 17 Juni 2017 kemarin. Berbicara di dalam Dialog Nasional di Masjid Kampus Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, ia menyatakan optimistis bahwa pemuda Indonesia akan mampu menjadi penggerak kebaikan serta menempatkan diri pada titik sentrum perubahan bangsa.
Optimisme tersebut didasarkan pada kiprah pemuda dalam sejarah Islam maupun kebangsaan Indonesia, yang selalu tampil pada titik sentrum perjuangan bangsa dan agama. Dalam sejarah Islam, menurut Zainul Majdi yang doktor ahli tafsir Al Quran tamatan Universitas Al Azhar di Kairo Mesir, pemuda itu identik dengan prestasi, perjuangan. ''Bahkan hal-hal yang hebat yang menjadi catatan sejarah umat manusia,'' ujarnya seperti yang disampaikan Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi NTB, Ahad 18 Juni 2017 .
Baca juga:
Di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Gubernur NTB Bicara Radikalisme
Demikian pula dalam sejarah kebangkitan bangsa Indonesia, pemuda seperti Soekarno, Sutan Syahrir dan pemuda lainnya, telah meletakkan diri pada posisi strategis dan perancang sistem bagi terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Karenanya, ia mengajak segenap pemuda Indonesia untuk terus menempa dan membangun kapasitas diri dengan memperbanyak ilmu dan pendidikan.
Dihadapan ratusan Mahasiswa UGM Yogyakarta, Zainul Majdi, 45 tahun, yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu, menuturkan bahwa pemuda dengan segala potensinya merupakan pelaku perubahan dan berada pada titik yang paling sentrum dalam sejarah kebangkitan bangsa.
Hanya saja, menurutnya saat ini dalam wacana publik yang berkembang di masyarakat, pemuda identik dengan hal-hal yang tidak baik, bahkan cenderung menjadi biang persoalan di tengah masyarakat. “Siapakah yang berkepentingan, sehingga pemuda itu selalu diletakkan pada hal-hal yang tidak baik,” ujarnya.
Baca pula:
Ramadan 2017, Gubernur NTB Ingatkan Pentingnya Tradisi Tadarus
Padahal, dalam konteks sejarah Islam pemuda itu identik dengan prestasi, bahkan identik dengan hal-hal hebat dalam sejarah peradaban umat manusia. TGB mencontohkan, Imam Syafi’i yang pada umur 12 tahun sudah berhasil memaksimalkan potensi dirinya, sehingga dia kenal sampai saat ini di seluruh penjuru dunia. Pemuda lain dalam konteks sejarah Islam adalah Imam Bukhari yang menulis kitab pada umur 17 tahun. “Jadi pemuda dalam tradisi Islam penuh dengan potensi kebaikan. Fitrah pemuda dalam penjelasan Al-Qur’an adalah mensupport perjuangan Rasulullah dan penopang dakwah,” jelas Gubernur yang akrab disapa TGB itu.
Begitu juga dalam konteks sejarah Indonesia. Bagiamana pemuda, seperti Bung Karno, Sutan Syahrir meletakkan diri mereka pada posisi strategis perjuangan kemerdekaan bangsa. Bahkan, pemuda saat itu menjadi sebuah sistem terwujudnya kemerdekaan itu.
“Negara ini tidak akan maju sebelum memastikan pemuda-pemuda Indonesia berada pada titik sentrum,” kata Zainul Majdi. Namun, ia optimistis pemuda Indonesia mampu menjadi penggerak kebaikan serta tetap berada pada titik centrum perubahan, bila terus menempa dan membangun kapasitas diri dengan memperbanyak literasi.
Proses literasi ini, bukan hanya membaca ilmu yang tertulis, serta tradisi tradisi yang diwariskan, namun juga membaca semua fenomena yang ada dalam alam jagad raya ini. Dengan seluruh kekayaannya, pemuda harus terlibat dalam literasi dimensi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Sehingga nanti, pemuda dapat berada pada titik pelaku perubahan.
SUPRIYANTHO KHAFID