INFO NASIONAL - Agenda yang dilakukan Rita Widyasari adalah inovasi dan revitalisasi terhadap lubang-lubang sisa pertambangan, yang dijadikan lahan tambak dan wisata. Inovasi dan revitalisasi galian menjadi lahan produktif ini bukan pekerjaan mudah.
“Kita membangun Kutai yang berwawasan pelestarian lingkungan dan pelestarian alam. Banyaknya lubang kami anggap peluang menjadi kegiatan masyarakat, mulai pengadaan tambak, tempat wisata, hingga menanam ulap doyo,” ujarnya.
Baca Juga:
Rita mengaku ada beberapa lubang yang beracun sehingga perlu pengolahan yang lebih intensif agar tak mengakibatkan ekses negatif pada lingkungan di kemudian hari.
Dia juga mengatakan ada dana pengusaha yang diberikan ke rekening pemerintah untuk bantuan reklamasi di wilayah Kutai Kertanegara, tapi tetap belum memadai untuk menutup lubang tambang sebagai langkah reklamasi. Sehingga pihaknya menanam ulap doyo di wilayah itu.
Meski berhasil meraih penghargaan Inspirator Pembangunan Daerah Tahun 2017 Pusat Kajian Keuangan Negara, yang digelar di Redtop Hotel and Convention Hotel, 15 Juni 2017, dari Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, menurut Rita, untuk meraih Adipura, pihaknya belum mampu memenuhi target 50 persen melaksanakan kerja reklamasi ini. “Yang belum diperbaiki lebih banyak. Selama ini baru 30 persen yang sudah diperbaiki. Sebelum akhir jabatan, semoga semua itu dapat terlaksana. Di Kutai Kertanegara, hampir semua kecamatan permukaan tanahnya berlubang,” ucapnya.
Baca Juga:
Dalam momen penghargaan 21 inspirator ini, dia mengaku prinsip Mpekat Kerom Kampung adalah kesempatan melakukan pembahasan dan berdialog. Dalam pertemuan yang hampir sama dengan musyawarah perencanaan pembangunan ini, dia dapat mendengarkan dan membahas apa yang dibutuhkan kecamatan guna menyusun kegiatan di daerah.
“Daerah kami luas sehingga diperlukan skala prioritas. Kami tak hanya bergantung pada sektor minyak dan gas berupa pengambilan batu bara, tapi juga bagaimana menjadikan wilayah kami sebagai lumbung padi di Kalimantan Timur,” tuturnya.
Dia menjelaskan, sejak menjadi bupati, dia mengaku ingin mengubah ketergantungan daerahnya pada tambang batu bara dan gas. Dia juga ingin wilayahnya menjadi kawasan terbuka dan potensial sebagai kawasan pertanian. Karena itu, beberapa kawasan, seperti Marang Kayu, Ulakulu, Tenggarong Seberang, hingga Semboja, dia tetapkan sebagai kawasan yang tak boleh dialihfungsikan dari lahan pertanian, sebagaimana diatur dalam peraturan gubernur. “Ini harus kami lakukan agar tanah di wilayah yang kami plot itu tak sampai bolong, padahal kami dengar itu sempat dipetakan,” ujarnya.
Dengan bantuan, baik manual maupun teknologi pertanian, seperti traktor yang diberikan Kementerian Pertanian, dirinya juga membuka kemungkinan untuk teknologi nasional. “Kami ingin di setiap desa ada lumbung. Saya tetap ingin menjadikan daerah ini sebagai daerah pertanian, bukan hanya padi. Hari ini, kita baru mandiri padi untuk di seluruh Kalimantan Timur sehingga diharapkan wilayah ini menjadi mandiri pangan,” tuturnya. (*)