INFO JABAR - “Apa pun keputusan yang diambil harus berdasarkan kajian para ahli, yang memang expert di bidangnya. Termasuk dalam konteks memutuskan lama jam belajar anak-anak kita,” kata Bunda Literasi Jawa Barat Netty Heryawan seusai acara Berbagi dan Berbuka Jabar Ekspres Bersama Anak Yatim dan Dhuafa di Graha Pena Jawa Barat, Bandung, Rabu, 14 Juni 2017. Hal ini merupakan respons Netty terhadap rencana sistem sekolah lima hari.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana menerapkan lima hari sekolah setiap pekan. Kementerian mengklaim kebijakan tersebut merupakan implementasi program penguatan pendidikan karakter yang menitikberatkan pada lima nilai utama, yakni religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas.
Baca Juga:
Netty berharap keputusan Kementerian dapat mewujudkan penyelenggaraan sistem pendidikan yang mengedepankan kepentingan anak. “Sesuai dengan fungsi pendidikan sebagai ruang di mana anak belajar lebih tahu (learn to know), mau melakukan sesuatu (learn to do), mulai menjadi sesuatu (learn to be), dan bisa berinteraksi di lingkungannya (learn to live together),” katanya.
Menurut Netty, dunia anak adalah dunia bermain dan berekspresi sehingga pendidikan seharusnya menyediakan ruang kebebasan berekspresi bagi anak. “Ukuran keberhasilan pendidikan tidak hanya dilihat dari kecerdasan matematika, tapi juga kecerdasan pemecahan masalah (problem solving), kreativitas, dan berpikir kritis. Jangan sampai ada pemaksaan gagasan orang dewasa yang tidak memenuhi kebutuhan fisik, emosi, dan sosial anak,” ujarnya. Keberhasilan pendidikan, kata dia, tidak hanya ditentukan lama belajar anak, tapi juga metodologi yang digunakan dan sumber daya manusia yang terlibat. (*)
Baca Juga: