Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perlu Kebijakan Radikal untuk Pertumbuhan Ekonomi

image-gnews
Perlu Kebijakan Radikal untuk Pertumbuhan Ekonomi
Perlu Kebijakan Radikal untuk Pertumbuhan Ekonomi
Iklan

Rahma Gafmi

(Penulis adalah ekonom yang aktif sebagai researcher pada Lembaga Pengembangan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga)

Perekonomian Cina melambat akibat merosotnya ekspor ke Amerika Serikat karena kebijakan proteksionis yang diterapkan Donald Trump. Situasi ini membawa dampak tidak langsung bagi Indonesia karena Negeri Tirai Bambu itu merupakan tujuan utama ekspor produk nonminyak Tanah Air.

Selain dari faktor eksternal, perekonomian Indonesia juga menghadapi shock dari internal. Salah satunya karena defisit fiskal yang masih besar akibat belum optimalnya penghimpunan pajak. Beberapa kebijakan dari sisi fiskal ketat, seperti kenaikan pajak surat tanda nomor kendaraan bermotor tampaknya juga berpengaruh terhadap penurunan daya beli masyarakat. Ditambah lagi meningkatnya tarif dasar listrik. Akibatnya, usaha yang notabene penyumbang terbesar bagi pendapatan nasional makin tertekan. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya kredit bermasalah yang dihadapi dunia perbankan.

Melemahnya daya beli masyarakat terlihat hingga pekan ke dua Ramadan. Biasanya, memasuki minggu kedua Ramadan, masyarakat sudah berbondong-bondong mendatangi tempat berbelanja. Namun suasana pasar cenderung sepi. Ini terlihat, misalnya, dari keluhan para pengusaha retail di Surabaya. Saya yakin ini juga terjadi di semua wilayah Nusantara.

Mengapa Penurunan Daya Beli Masyarakat Terjadi?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perekonomian global masih berada pada ketidakpastian karena lesunya harga komoditas. Ini berdampak pada turunnya pendapatan riil masyarakat. Sedangkan pertumbuhan ekonomi masih dinikmati 10-20 persen masyarakat kalangan atas. Struktur ekonomi masih dikuasai sektor informal yang tidak tampak ada perobahan sejak masa reformasi. Produktivitas sektor usaha mikro, kecil, dan menengah juga harus ditingkatkan akibat skill tenaga kerja masih rendah.

Penghasilan petani di pedesaan juga terbatas akibat lahan yang mereka miliki terbatas. Faktor cuaca akibat adanya El-Nino juga mempengaruhi hasil pertanian. Dampaknya, harga pokok dasar petani juga menurun, sementara harga kebutuhan pokok semakin melambung serta pasokan tidak tersedia dan tidak terdistribusi akibat sebagian proyek infrastruktur masih berjalan.

Pemerintah berfokus pada infrstruktur untuk mengatasi interconnectedness antarwilayah. Namun itu tidak cukup untuk mendorong output tanpa adanya demand. Perekonomian tidak bisa langsung lepas landas karena adanya jalan, pelabuhan, dan bandar udara yang bagus. Itu semua cuma sarana untuk menopang aktivitas ekonomi. Kita harus bisa terus memproduksi dan memperluas lapangan kerja. Karena itu, kita butuh labor intensive, bukan capital intensive. Pembangunan infrastruktur memang punya dampak pada kesempatan kerja, tapi hanya sesaat. Sebab, apabila proyek selesai, pekerjaannya juga selesai.

Problem kita saat ini ada di mikro, yaitu sektor produksi, distribusi, dan logistik. Bagaimana caranya pemerintah membuat kebijakan radikal supaya konsumsi ini bisa beralih pada investasi. Saya melihat, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen saja, kita butuh pertumbuhan kredit minimal 20 persen. Sedangkan pertumbuhan kredit diperkirakan 12 persen, realisasinya pada 2016 tidak sampai 10 persen. Nah, inilah sebenarnya yang menghambat tumbuhnya investasi baru untuk memperluas penyerapan kerja. Sehingga banyak pelaku usaha yang juga wait and see untuk diteruskan apa relokasi?

Walaupun demikian, saya masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 masih tetap bertahan di level 5,2 persen, tapi tidak akan ke level 6 persen, dengan alasan yang sudah saya sampaikan di atas. Jika melihat pertumbuhan ekonomi kita yang positif, pertumbuhan itu belum berkualitas karena masih property is non-tradable. Kita perlu diversifikasi produk dan membangun sektor manufaktur untuk ekspor yang bisa menghasilkan devisa. (*)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

7 November 2022

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

Agar ban tubeless Anda mampu bertahan lama, pasti harus diperlakukan dengan baik sehingga tidak cepat rusak.


Guru TIK Batam Makin Melek Digital

29 Agustus 2022

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam | Foto: KEMENKOMINFO
Guru TIK Batam Makin Melek Digital

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam


Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

27 Februari 2022

Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

Integrasi memudahkan aksesibilitas dan meningkatkan kenyamanan masyarakat menggunakan angkutan umum perkotaan di Palembang dan sekitarnya.


Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

27 Februari 2022

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

Gus Muhaimin mengaku spirit perjuangan Kiai Abbas akan terus dikenang sepanjang masa.


Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

27 Februari 2022

Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

Kuota tersebut dimanfaatkan untuk nelayan lokal, bukan tujuan komersial (penelitian, diklat, serta kesenangan dan rekreasi), dan industri


BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

19 Februari 2022

(Ki-ka) Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan bersama sekitar 300 diaspora Indonesia yang hadir secara virtual dalam Acara Silaturahmi Daring Diaspora Indonesia, Sabtu (19/2/2021).
BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

Kolaborasi diaspora dengan perbankan nasional merupakan upaya untuk terus menciptakan banyak peluang investasi di luar negeri.


Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

19 Februari 2022

Mesin ATM BNI
Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

Heboh Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang mendapatkan kado ulang tahun mesin ATM dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).


Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

19 Februari 2022

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

Tes pramusim MotoGP yang telah digelar pada 11 Maret 2022 menjadi pelajaran penting menghadapi race MotoGP pada 18-20 Maret 2022 nanti.


Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

19 Februari 2022

Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

Kesuksesan penyelenggaraan G20 Indonesia akan menjadi bukti keandalan listrik PLN dalam mendukung kegiatan berstandar dunia.


HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

19 Februari 2022

Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA
HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

Sikap yang memaksakan tetap berlakunya Permenaker 2/2022 itu bisa menciderai nilai kemanusiaan dan keadilan dalam Pancasila.