TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden RI Megawati Soekarno Putri menyampaikan pidato gagasan perdamaian dalam Jeju Forum fo Peace and Prosperity, 2017, Korea Selatan, Kamis, 1 Juni 2017. Dalam pidato itu, Mega juga menyinggung soal lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam pidato yang dimulai dengan kesedihannya melihat berbagai macam peristiwa bom bunuh diri di berbagai wilayah termasuk di Jakarta, beberapa waktu lalu. "Keberangkatan saya ke Korea Selatan kali ini diliputi oleh suasana duka. Beberapa hari lalu telah terjadi bom bunuh diri yang menelan korban jiwa di Jakarta, Indonesia dan ini bukan serangan pertama kali yang terjadi di negeri kami dengan alasan menegakkan ajaran agama," kata Mega seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis, 1 Juni 2017.
Baca: Hari Lahir Pancasila, Jokowi Bikin Unit Kerja Pemantapan Ideologi
Selain di Jakarta, Mega juga menyebutkan sejumlah wilayah yang juga tengah memerangi bom bunuh diri yang diakui dilakuaknoleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS seperti Bangkok, Marawi dan Inggris. Menurut dia, peristiwa tersebut tidak mencerminkan peradaban yang modern.
"Teriris hati saya, menyaksikan saat ini terjadi pertumpahan darah akibat merasa berbeda pemahaman terhadap ajaran agama," ujarnya.
Mega lalu membandingkan dengan peristiwa penting yang terjadi di abad ke-20, yakni Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Tak hanya itu, Mega pun sempat mengutip pidato pembukaan KAA ayahnya, Soekarno tentang perbedaan keyakinan di wilayah Asia Afrika.
"Agaknya, di sini terdapat lebih banyak agama daripada di wilayah lain di muka bumi ini. Tetapi,…. Haruskah kita terpecah-belah karena adanya macam ragam dalam kehidupan keagamaan kita?" kata Mega mengutip pidato Soekarno.
Simak: Setjen DPD RI : Peringatan Hari Lahir Pancasila Mempersatukan NKRI
Selain itu, Mega juga mengangkat momentum kelahiran Pancasila yang juga dirayakan pada setiap 1 Juni. Menurut Mega, Pancasila membawa prinsip-prinsip dasar negara Indonesia di setiap silanya. "Pancasila kami, Ketuhanan Yang Maha Esa, Nasionalisme, Internasionalisme, Demokrasi dan Keadilan Sosial. Itulah way of live bangsa Indonesia. Pancasila menjadi penuntun kehidupan spiritual, politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang terus kami perjuangkan," katanya.
Pancasila, lanjut Mega, bahkan memiliki arti yang universal dan dapat digunakan secara internasional, termasuk menjadi spirit dan prinsip dalam mencari solusi kehidupan bersama kita di abad 21 ini. "Sungguh saya meyakini, semoga ini dapat menjadi keyakinan saudara semua, kita pasti sanggup mengambil tindakan bersama, memilih jalan damai dalam setiap penyelesaian konflik dan sengketa. Karena saya percaya, tidak ada di antara kita yang bercita-cita untuk mewariskan kebencian dan perpecahan dari generasi ke generasi," kata Mega lagi.
"Dengan spirit Pancasila, saya yakin Asia mampu memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan sosial dunia, sekarang dan masa yang akan datang," ujar Mega menutup pidatonya.
INGE KLARA SAFITRI