TEMPO.CO, Padang - Pengamat bidang lingkungan hidup dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Dr Ardinis Arbain, mengatakan peristiwa banjir Padang adalah akibat kurangnya ruang terbuka hijau di kawasan perumahan kota.
"Seperti banjir di Padang kali ini karena tidak adanya jalan air meresap saat hujan lebat," ujar Ardinis menanggapi terjadinya banjir di kawasan Kota Padang sejak Rabu dinihari, 31 Mei 2017.
Baca: Banjir Padang, 140 Ribu Siswa SD dan SMP Diliburkan
Dia menjelaskan banjir yang terjadi di Jondul Rawang bisa menjadi contoh tidak adanya ruang terbuka hijau. Di daerah itu, banyak perumahan dengan drainase minim tapi sedikit sekali yang memberikan ruang kosong untuk tanaman.
Di samping itu, dalam sejarahnya daerah tersebut merupakan rawa yang ditimbun oleh beton. Akibatnya, saat hujan lebat air tidak memiliki tempat masuk ke tanah dan mengalir ke saluran air.
Karena kecilnya saluran air menyebabkan air menggenangi permukaan dan kemudian banjir. Terlebih di daerah tersebut berada pada dataran rendah dan dekat ke laut. "Hal ini juga terjadi di daerah berkarakter seperti itu, misalnya Purus," tutur Ardinis.
Salah satu hal yang bisa dilakukan pemerintah, ujar dia, yakni menerapkan "zero q policy" atau debit air 0. Dalam hal ini, pemerintah harus melakukan penambahan dan pelebaran drainase dan saluran air.
Simak pula: Banjir Padang, BMKG: Akibat Hujan Ekstrem
Kemudian di bagian hulu sungai seperti Batang Kuranji atau Aia Dingin dilakukan penanaman kembali hutan yang gundul atau konservasi. Selain itu, mengatur tata ruang kota khususnya dalam pengadaan sumur resapan di setiap rumah serta menyisakan ruang untuk tanaman di pekarangannya.
Pemerintah juga harus menetapkan tidak ada perumahan dalam jarak 50 meter dari sempadan sungai, seperti di Banda Bakali yang berupa jalan. "Hal ini mendesak mengingat intensitas hujan cukup tinggi ditambah adanya badai di laut, peluang banjir cukup besar," kata Ardinis lagi.
Sebelumnya, banjir di Padang mendera beberapa area hingga satu meter. Beberapa jalan protokol di Lapai, Tan Malaka, Lubuk Lintah, juga tergenang.
ANTARA