Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjaga Lumbung Tanah Lombok

Editor

Agung Sedayu

image-gnews
Kampung Suku Sasak
Kampung Suku Sasak "SADE" di Desa Rimbitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Jumat (1/3). Kampung Sade merupakan salah satu kampung yang masih menjaga tradisi Suku Sasak hingga sekarang. Dari sisi bangunan rumah, adat istiadat, dan budaya hingga sekarang, masih terjaga. TEMPO/Subekti
Iklan

TEMPO.CO, Mataram - Bangunan itu tampak asing di tengah kepungan rumah-rumah penduduk di Dusun Ketangge, Desa Batujai, Lombok Tengah. Empat tiang bundar berdiameter sekitar 25 sentimeter masih kokoh menyangga sebuah ruang berdinding anyaman pagar bambu . Dari warna kayunya, usia bangunan itu sudah tak lagi muda.

“Ini satu-satunya alang yang masih tersisa di dusun ini. Yang lain sudah rusak,” ujar Hajjah Hikmah, 65 tahun, warga Batujai, Minggu, 14 Mei 2017. Alang yang dimaksud Hikmah adalah lumbung tradisional yang berdiri di depan rumahnya. Dari 231 kepala Keluaga di Dusun Ketangga, hanya Hikmah seorang yang masih memiliki lumbung tradisional. Kalaupun ada warga lain yang memiliki, fungsinya sudah berubah, tak lagi sebagai tempat penyimpanan padi.

Hikmah tak tahu persis, kapan lumbung itu dibangun. “Alang itu hadiah pernikahan kami dari orang tua. Dulu atapnya adalah ilalang, tapi diganti seng karena ilalang sudah sulit didapat,” ujarnya. Karena nilai sejarah itulah Hikmah mempertahankan lumbung miliknya. Dari lumbung itu, dia dan almarhum suaminya, Haji Akmal menghidupi dan menyekolahkan lima orang anaknya hingga perguruan tinggi.

Bangunan lumbung terdiri dari dua bagian. Bagian bawah terdapat lelasah, semacam para-para yang digunakan untuk menenun atau menerima tetamu. Bagian atasnya, ruang penampungan berdinding bambu, beratap ilalang. Untuk menyangga bangunan atas, digunakan empat tiang bundar. Di ujung atas tiang itu terdapat jelepeng—benda yang menyerupai piring besar. Jelepeng inilah yang membuat tikus tak akan sanggup menjangkau padi dalam ruang penampungan.

Pada mulanya, hasil panen yang disimpan dalam lumbung adalah ikatan-ikatan padi. Ikatan-ikatan itu digantung pada bilah-bilah bambu yang disusun sedemikian rupa sesuai fungsinya. “Tidak semua padi dalam alang bisa dimakan. Harus ada yang disisakan untuk cadangan, termasuk untuk bibit.” Kata Hikmah.

Seiring perubahan teknologi pola tanam padi, kini yang disimpan dalam lumbung bukan lagi ikatan-ikatan padi, melainkan gabah yang dikarungkan. Menurut Hikmah, kerepotan untuk mengangkut karung-karung padi ke atas lumbung menyebabkan pemiliknya malas memfungsikan lumbung mereka.

Selain alang, di Lombok Tengah, lumbung dikenal juga dengan sebutan sambi. Senasib dengan alang, keberadaan sambi juga sudah langka. Haji Khalid, 64 tahun, petani di Dusun Tanggong, Desa Darek, masih memiliki dua buah sambi di halaman rumahnya. Khalid sudah tak lagi memfungsikan sambinya. Hanya saja dia masih memegang konsep ketahanan pangan ala sambi. Semangat menyimpan cadangan pangan, berjaga dari segala kemungkinan, terutama di musim paceklik masih dia pertahankan. Setidaknya, Khalid tak pernah risau meskipun harga beras di pasaran sewaktu-waktu melonjak.

Mengenai hilangnya sambi di desanya, Khalid punya jawaban, “Orang-orang sekarang bilang, lebih baik menyimpan uang di dalam kantong, ketimbang menyimpannya padi di dalam sambi,” ujarnya.

Pandangan pragmatis inilah yang membuat sebagian besar petani di desanya sudah tak lagi memiliki cadangan gabah di rumah. Seluruh gabah telah dibeli pengepul sesaat setelah panen, sebagian bahkan telah mengangkat utang sebelum menanam dan dibayarkan dengan gabah hasil panen mereka. Tanpa cadangan gabah, para petani yang menanam beras akan menjadi pembeli beras dengan harga yang tak bisa mereka kendalikan.

Budayawan Lombok, Lalu Agus Faturrahman mengatakan, konsep lumbung bagi masyarakat Lombok adalah konsep ketahanan pangan dan pengelolaan masa depan. Konstrusi lumbung khas Suku Sasak itu, teruji mampu menjaga kualitas padi atau gabah yang ditampungnya. Selain memiliki jelepeng yang berfungsi mencegah masuknya tikus, atap lumbung yang terbuat dari alang-alang juga membuat padi bertahan lama. “Masyarakat kita hari maunya praktis, hingga digunakanlah atap seng. Padahal atap seng membuat padi atau gabah lebih cepat rusak,” Kata Agus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penataan padi yang tersimpan dalam lumbung, ternyata ada aturannya. Padi-padi disampirkan dalam bilah-bilah bambu dan disusun sesuai peruntukannya. Padi yang akan digunakan untuk bibit biasanya ditaruh di bagian depan kanan, di bagian paling belakang untuk tabungan sedangkan sebelah kiri untuk konsumsi. “Penempatan padi itu ada aturannya, sehingga jika akan diambil mereka sudah tahu sesuai kebutuhan,” katanya.

Agus menyebut pola penyimpanan padi dalam lumbung itu adalah konsep ketahanan pangan dan pengelolaan masa depan masyarakat suku Sasak. Konsep ini tergambar dalam istilah-istilah pengelompokan padi yang tersimpan dalam lumbung. Ada istilah impan kaken yang artinya bahan konsumsi jangka pendek, sangu aiq untuk tabungan jangka menengah dan sangu idup untuk bekal hidup jangka panjang. Sangu idup ini meliputi investasi berupa ternak kerbau, sapi,termasuk untuk biaya pendidikan. Sayangnya nilai-nilai itu tidak diterapkan pemerintah sebagai model pola ketahanan pangan masyarakat. “Sangat miris, petani yang memproduksi padi justru menjadi konsumen beras dengan harga yang tak bisa mereka jangkau,” kata Agus.

Tentang konsep lumbung sebagai simbol ketahanan pangan, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi NTB punya program Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) di 315 desa. Pola pengembangan LPM ini menurut Kepala DKP NTB, Budi Septiani, berbeda dengan lumbung tradisioanal Lombok. Pemerintah membangunkan gudang, juga memberikan memberikan bantuan uang senilai dua ton beras. Beras-beras itu bisa dipinjam petani untuk kebutuhan konsumsi selama menunggu musim panen. Pengembaliannya dilakukan setelah panen, bisa berupa beras atau gabah. “Diharapkan dua tahun berjalan, lumbung itu akan bisa mandiri,” kata Septiani.

Melihat jumlah desa di NTB yang mencapai 1046 desa, jumlah LPM yang sudah terbangun masih jauh dari ideal, “Mestinya setiap desa di NTB punya LPM masing-masing,” ujarnya.

Perihal lumbung Lombok yang memiliki kekhasan arsitektur, Septiani mengatakan pihaknya tengah mengupayakan agar program LPM untuk tahun 2018 mendatang dapat digunakan untuk membangun lumbung-lumbung tradisional, bukan gudang beras seperti saat ini. “Jika rencana itu terwujud, tidak hanya kearifan pola ketahanan pangan tradisional yang akan kita hidupkan, akan tetapi lumbung-lumbung khas itu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia pariwisata,” kata dia.

Konsep lumbung sebagai karya asitektur hari ini banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan di gedung-gedung pemerintah, juga menjadi ikon pariwisata, hanya saja Agus Faturrahman memandang, ada banyak kekeliruan dalam penerapan konsep tersebut. “Sayangnya banyak bangunan berarsitektur Lumbung yang dibangun asal-asalan sehingga bentuknya menjadi aneh, tidak proposrional.” Agus menyayangkan sebagai konsep kearifan lokal ketahanan pangan, nilai-nilai yang dimiliki lumbung masih belum bisa ditransformasi dalam program-program pemerintah untuk pemberdayaan petani. Sementara ini lumbung hanya dijadikan lambang semata.

Sore itu, Hikmah meminta Lukman, anaknya menunjukkan persediaan padi dalam lumbungnya. Ada tujuh karung besar gabah, cukup untuk persediaan hingga panen mendatang. Seperti juga Khalid, petani desa Darek, Hikmah benar-benar menjalankan fungsi lumbung sebagai konsep ketahanan pangan. Dengan simpanan pangan yang dimilikinya, mereka telah bersiaga untuk kemungkinan terburuk, seperti gagal panen dan paceklik. Andai para petani lain di Lombok juga melakukan hal yang sama, tentu saja lumbuh tak akan menjadi sekedar lambang.

ABDUL LATIF APRIAMAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

14 jam lalu

Suasana Gang 8, Jalan Nusa Indah IV, RT8/RW4 Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin, 22 April 2024. Tersedia 32 item pencegah krisis planet di lokasi ini, mulai dari kolam gizi warga, tanaman produktif hingga akuaponik. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Cegah Krisis Pangan ala Gang 8 Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur

Inisiatif lokal untuk mitigasi krisis pangan lahir di jalan gang di Kelurahan Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Berbekal dana operasional RT.


Gaza Krisis Pangan, Australia Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

39 hari lalu

Foto yang dirilis pada 15 Februari 2024 menunjukkan sebuah lubang besar di pusat kesehatan UNRWA yang hancur akibat serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Gaza. UNRWA menyebut bahwa data terbaru menunjukkan 84 persen dari seluruh fasilitas kesehatan di Gaza telah mengalami dampak langsung dari serangan-serangan yang terus berlangsung. UNRWA/Handout via REUTERS
Gaza Krisis Pangan, Australia Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengumumkan Australia akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA.


Solihin GP Penggagas Tanam Padi Gogo Rancah: Kalau Gorah Gagal, Saya Siap Dilinggis

47 hari lalu

Tokoh Jawa Barat Solihin Gautama Purwanegara alias Mang Ihin. (ANTARA)
Solihin GP Penggagas Tanam Padi Gogo Rancah: Kalau Gorah Gagal, Saya Siap Dilinggis

Solihin GP penggagas sistem tanam padi gogo rancah untuk mengatasi krisis pangan. Apa itu gogo rancah?


We Are the World 1985, Lagu Legendaris Musisi Usa For Africa Buat Atasi Kelaparan Ethiopia

28 Januari 2024

Musisi USA for Africa yang menyanyikan lagu We are The World pada 1985. People
We Are the World 1985, Lagu Legendaris Musisi Usa For Africa Buat Atasi Kelaparan Ethiopia

Pada hari ini, 28 Januari, di 1985, kumpulan musisi USA for Africa merilis single hits yang legendaris, We Are the World bantu atas kelaparan Ethiopia


Kim Jong Un Gusar Korut Krisis Pangan Parah: Masalah Politik Serius

25 Januari 2024

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan putrinya Kim Ju Ae mengunjungi Peternakan Ayam Kwangchon dekat Pyongyang, Korea Utara, 7 Januari 2024. KCNA melalui REUTERS
Kim Jong Un Gusar Korut Krisis Pangan Parah: Masalah Politik Serius

Kim Jong Un mengatakan krisis pangan di Korea Utara adalah masalah politik yang serius.


TPN Ganjar-Mahfud Bicara Strategi Atasi Krisis Pangan tanpa Babat Hutan seperti Food Estate

24 Januari 2024

TPN Ganjar-Mahfud Bicara Strategi Atasi Krisis Pangan tanpa Babat Hutan seperti Food Estate

Menurut Heru, Ganjar tidak akan melanjutkan program lumbung pangan (food estate) seperti dijalankan sekarang.


Amran Sulaiman Janji Lanjutkan Seluruh Proyek Food Estate: Ini Masalah Perut dan..

2 November 2023

Lahan lumbung pangan (food estate) di Desa Siria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara yang terbengkalai menjadi semak belukar, Kamis, 26 Januari 2023. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Amran Sulaiman Janji Lanjutkan Seluruh Proyek Food Estate: Ini Masalah Perut dan..

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan akan melanjutkan megaproyek lumbung pangan atau food estate. Begini penjelasannya.


Jokowi Cerita Ditolak PM India Narendra Modi Saat Minta Impor Beras: Saya Sudah Bicara, Tidak Berani Melepas

31 Oktober 2023

Presiden Jokowi bersama Perdana Menteri India Shri Narendra Modi saat menerbangkan layang-layang di Lapangan Monas, Jakarta, 30 Mei 2018. Layang-layang yang diterbangkan, dibuat oleh Museum Layang-Layang Indonesia. TEMPO/Subekti.
Jokowi Cerita Ditolak PM India Narendra Modi Saat Minta Impor Beras: Saya Sudah Bicara, Tidak Berani Melepas

Presiden Jokowi menceritakan dirinya pernah berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mendapat kuota impor beras. Hasilnya?


Ekonom Nilai Tingginya Impor Beras Menandakan Indonesia Rentan Mengalami Krisis Pangan

28 Oktober 2023

Aktivitas pembongkaran beras impor dari Thailand di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin, 29 Mei 2023. Pemerintah telah mengalokasikan kuota impor beras sebanyak 2 juta ton sepanjang 2023 kepada Perum Bulog, sebanyak 500.000 ton di antaranya direalisasikan hingga Mei 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Ekonom Nilai Tingginya Impor Beras Menandakan Indonesia Rentan Mengalami Krisis Pangan

Indonesia akan terus terekspos dengan risiko impor beras selama tidak mampu swasembada.


Krisis Pangan Semakin Nyata, SPI: Perlu Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan

16 Oktober 2023

Pekerja memeriksa karung beras di gudang Bulog Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Kamis, 14 September 2023. Pemerintah menyatakan stok beras dalam negeri aman sampai akhir 2023.  TEMPO/Prima mulia
Krisis Pangan Semakin Nyata, SPI: Perlu Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan penyebab utama ancaman krisis pangan berkaitan dengan orientasi tata kelola pangan