TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, polisi telah meringkus banyak terduga teroris sejak tahun lalu. Ini dilakukan pasca serangan teroris di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat pada 2016 lalu.
“Ada seratus lebih yang kami tangkap pasca bom Thamrin tahun lalu,” kata Tito dalam sesi wawancara khusus yang ditayangkan Kompas TV, Jumat, 26 Mei 2017. Serangan ini terjadi di kawasan Thamrin, termasuk serangan terhadap Starbucks, yang berada di sekitar lokasi.
Baca: 9 Fakta Teror Bom Kampung Melayu
Menurut Tito, bom Kampung Melayu pada Rabu malam, 24 Mei 2017, menjadi bagaian dari kelompok Bahrun Naim. Kelompok ini terus menyebarkan teror, karena itu polisi mewaspadai jaringannya.
Tito mengatakan, para teroris memiliki prinsip bahwa satu rencana serangan dari seratus yang direncanakan, itu sudah dianggap berhasil. Sementara itu, polisi harus bisa menggagalkan seratus serangan tersebut dan jika sanggup baru dianggap berhasil.
Selama ini, kata Tito, cukup banyak upaya penanganan teroris yang tidak diumumkan ke publik. "Sehingga mungkin sebagian masyarakat jadi take it for granted (dianggap sebagai hal yang biasa saja)," kata dia.
Baca: Bom Kampung Melayu, Jokowi: Kejar Pelaku Hingga ke Akarnya
Ditempat terpisah, Polda Metro Jaya membantah kecolongan terkait bom bunuh diri di Kampung Melayu. "Semua terkait dengan jaringan. Tidak setiap kepolisian melakukan penyelidikan secara konvensional maupun IT," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono di Jakarta, Jumat, 26 Mei 2017.
Argo mengibaratkan aksi teroris seperti penjualan minuman keras yang menghindari kejaran anggota kepolisian. Kepolisian membutuhkan peran aktif masyarakat untuk menginformasikan dan mengantisipasi aksi terorisme yang berpotensi muncul di lingkungan sekitarnya. "Tanpa dukungan masyarakat maka polisi tidak akan bisa sehingga masyarakat juga harus aktif menyampaikan informasi," ujar Argo.
BUDI R | ANTARA
Video Terkait: Polisi Geledah Rumah Terduga Pelaku Bom Kampung Melayu di Bandung