INFO PURWAKARTA - Rencana pemberlakukan program belajar 8 jam atau Full Day selama Senin hingga Jumat setiap pekannya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan mulai diberlakukan secara nasional mulai awal Tahun Ajaran 2017-2018. Menanggapi hal ini, Bupati Purwakarta, Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkapkan bila program yang baru akan diberlakukan secara nasional dari SD hingga SMA dan sederajat itu di Purwakarta sudah dilaksanakan sejak tiga tahun lalu.
Di Kabupaten Purwakarta, anak-anak sekolah SD hingga SMA dan sederajat mulai memasuki ruang belajar jam 06.00. Satu jam awal para siswa diwajibkan mengaji Al-Qur'an dan kajian Kitab Kuning bagi yang beragama Islam dan bagi para pelajar Katolik atau Kristen mengaji Injil, Budha kitab Tripitaka, Hindu kitab Werda, dan penganut Kong Khu Cu dengan kitab sucinya sendiri.
Pada siang hari, selepas istirahat kedua, anak-anak bahkan diberikan waktu istirahat tidur selama satu jam. ”Maka, tak aneh kalau anak-anak sekolah Purwakarta pada bawa bantal ke sekolah," ujar Kang Dedi.
Mendikbbud Muhadjir Effendy saat berada di Surakarta, Jumat, 20 Mei 2017, mengatakan bahwa program belajar 8 jam mulai Senin hingga Jumat dalam setiap pekannya dalam upaya memberikan kesempatan kepada para siswa-siswi untuk libur dua hari dalam sepekan. “Jadi disesuaikan dengan orang tua yang rata-rata juga sudah lima hari kerja," kata dia. Kebijakan itu diharapkan mampu memberikan waktu yang cukup untuk anak bisa berinteraksi dengan orang tuanya.
Hanya saja, lanjut Muhadjir, kebijakan itu harus dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan banyak faktor. "Indonesia ini memiliki 220 ribu sekolah dengan 50 juta siswa," katanya. Terdapat beberapa daerah yang diprioritaskan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
Baca Juga:
Sementara itu, siswa-siswi di Purwakarta bahkan diberikan waktu lepas belajar di sekolah setiap Selasa dalam setiap pekannya. Mereka diwajibkan ikut-serta belajar aplikatif apa yang menjadi pekerjaan para orang tuanya.
"Yang ayahnya petani, anaknya harus ikut ke sawah atau ke ladang, kalau sopir angkut ikut ngompreng. Kalau polisi, Aparat Sipil Negara atau tentara, ikut ngantor atau kalau guru harus ikut mengajar,” tutur Kang Dedi.
Hal itu dilakukan agar para siswa bisa berempati lagsung dengan pekerjaan orang tuanya. “Supaya mereka sejak dini merasakan bagaimana susahnya orang tua banting-tulanng menafkahi keluarga termasuk membiayai sekolah anak-anaknya,” jelasnya.
Program pendidikan berkarakter tersebut juga dilakukan dengan memberikan pengajaran kearipan lokal lainnya seperti bertani dan beternak. "Alhamdulillah, semuanya bisa terlaksana dengan baik dan tidak berbenturan dengan pelajaran kurikulum wajib," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Rasmita. (*)