TEMPO.CO, Banjarmasin - Kegiatan pembacaan puisi dan doa bersama lintas agama dalam rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-109 di Kota Banjarmasin tiba-tiba dibatalkan atas permintaan aparat keamanan. Aparat beralasan kondisi bangsa belum kondusif.
Inisiator kegiatan tersebut, Prasetyo Adi Nugroho, mengatakan aksi baca puisi dan doa lintas agama sebenarnya sekadar upaya untuk mendorong praktik bernegara yang lebih baik di tengah kisruh bangsa.
Baca: Aksi Bela Ulama 205 Kisruh, Pontianak Berstatus Siaga
Menurut dia, acara sejatinya digelar pukul 16.00-18.00 Wita di Taman 0 Kilometer, Kota Banjarmasin, Ahad, 21 Mei 2017. Namun, kata Prasetyo, pihak TNI meminta dibatalkan karena bersamaan dengan isu kisruh di Pontianak dan menjelang bulan suci Ramadan. Padahal, Prasetyo mengklaim sudah menerima izin kepolisian untuk menyelenggarakan kegiatan itu.
“Enggak ada afiliasi atau hubungan di luar sana, seperti DKI 1 atau apa, enggak ada. Tapi pada progresnya, ada yang bilang mau aksi seribu lilin, seribu cahaya, ini itu, ini itu. Secara protap keamanan TNI, kondisi enggak kondusif,” ujar Prasetyo Adi kepada Tempo.
Simak: Dibubarkan Pemuda Pancasila, Tribute to Wiji Thukul Dilanjutkan
Ia sempat kaget atas isu yang berembus bahwa agenda Hari Kebangkitan Nasional disisipi aksi seribu lilin. Toh, Prasetyo terpaksa menerima arahan TNI demi mengantisipasi bentrok. Prasetyo mengonsep pembacaan puisi hasil karya mahasiswa yang masih punya idealisme kebangsaan. Pihaknya sudah menyiapkan sedikitnya 1.000 orang ikut serta memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-109 di Banjarmasin.
“Tim kami ada 28, setiap tim bawa 10 orang, nanti berkembang terus sampai 1.000 orang. Itu sudah collect, bahkan bisa lebih 1.000 orang. Tapi kami rasional saja karena kondisi enggak kondusif, kami sadar diri,” ujar Prasetyo.
Lihat: Pemutaran Film Pulau Buru di Hari Kebebasan Pers Dibubarkan
Undangan yang sempat tersebar mengharuskan peserta mengenakan dress code berkelir merah. Atas gagalnya pembacaan puisi dan doa bersama, Prasetyo akan menggantinya dalam bentuk diskusi. Namun, ia belum tahu kepastian kapan dan di mana diskusi kebangsaan itu digelar. “Diganti diskusi saja, mungkin setelah Lebaran atau bertepatan Hari Kemerdekaan,” kata dia.
Kepala Kepolisian Resor Kota Banjarmasin Komisaris Besar Anjar Wicaksana mengaku tidak tahu-menahu alasan atas gagalnya peringatan Hari Kebangkitan Nasional itu. Anjar tetap menyiapkan sedikitnya 97 polisi untuk menjaga lokasi acara. “Kurang tahu saya. Ini saya dan anggota sudah standby di Polsek Banjarmasin Tengah, antisipasi,” ujarnya.
DIANANTA P. SUMEDI