TEMPO.CO, Padang - Rektor Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Tafdil Husni, mengimbau para lulusan kampusnya agar menghindari isu disintegrasi atau perpecahan bangsa yang marak di media sosial. “Sekarang alur informasi cepat, tapi yang bernada hasutan dan arahan untuk perpecahan banyak, ini perlu diperhatikan,” katanya, menanggapi Hari Kebangkitan Nasional, setelah melantik wisudawan program diploma dan strata 1 gelombang II kampus di Padang, Sabtu, 20 Mei 2017. (Baca: Haris Azhar: Kebangkitan Nasional, HAM Memburuk, Rentetan Represi)
Menurut dia, informasi bernada disintegrasi merusak rasa kebangsaan masyarakat. Bila tidak disaring masyarakat akan terjebak pada pemahaman yang salah. Sebagai lulusan sarjana, kata Tafdil Husni, persoalan tersebut bisa ditangani dengan bersikap dewasa, baik sikap maupun pemikiran.
Ilmu yang dipelajari mahasiswa dan alumnus, ujar dia, dapat mengembangkan diri ke arah yang baik. Misalnya, lulusan ekonomi bisa masuk kerja di bidang tersebut atau memilih memperkuat ilmu dengan melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Dari pilihan tersebut, alumnus melakukan upaya yang berorientasi prestasi sehingga membanggakan negara. “Hindari organisasi yang telah dinyatakan dilarang negara dan patuhi hukum yang berlaku,” Tafdil Husni berujar. (Baca: Hari Kebangkitan Nasional, Pengamat Politik: Jauhi Mental Bigot)
Menurut dia, warga negara yang mengikuti hukum negara menjadi salah satu nilai dari kebangsaannya. “Jangan sampai lulusan Universitas Andalas terlibat pada praktik dan organisasi terlarang,” ucapnya.
Adapun jumlah wisuda kali ini menambah alumnus menjadi 118.502 orang. Dalam wisuda program S-1 dan diploma, Rektor melantik 887 lulusan yang terdiri atas 45 diploma dan 842 lulusan sarjana. Apabila ditambah lulusan program pascasarjana yang dilantik sehari sebelumnya, total Universitas Andalas melepas 1.204 wisudawan pada gelombang II tahun 2017. (Baca: Hari Kebangkitan Nasional, Analis Politik: Hindari Diskriminasi)
ANTARA