TEMPO.CO, Depok – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan mengklaim kecurangan pelaksanaan ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 bisa diminimalkan. Bahkan kecurangan pada proses ujian di hari pertama pada Selasa, 16 Mei 2017, hampir dipastikan tidak ada.
”Kecurangan sudah diantisipasi, setiap 10 peserta ujian diawasi satu pengawas,” kata Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Naim di Universitas Indonesia, Selasa, 16 Mei 2017.
Baca: Apa Alternatif buat Peserta yang Tak Lulus SBMPTN?
Untuk memastikan kecurangan bisa diantisipasi, panitia telah melakukan seleksi dan pelatihan ketat kepada para pengawas. Setiap pengawas sudah bisa mengantisipasi kecurangan yang berpotensi terjadi, seperti joki ujian. “Tapi joki ujian pasti sulit. Sebab, pengawasan cukup ketat,” ujarnya.
Panitia, kata dia, tidak akan memberikan sanksi kepada universitas yang kedapatan ada peserta yang melakukan tindakan curang. “Sanksi diberikan kepada pesertanya. Pasti tidak lolos. Tidak boleh memvonis universitasnya. Orang yang curang tidak akan diterima,” ujarnya.
Sekretaris Pusat SBMPTN 2017 Joni Hermana menuturkan kecurangan pada pelaksanaan SBMPTN memang telah ditekan seminimal mungkin. “Tapi, kami tidak bisa menjamin 100 persen kecurangan tidak akan ada,” ucapnya.
Simak juga: 12.369 Peserta Ikuti Ujian SBMPTN di Jember, Panitia Waspadai Joki
Namun sejauh ini potensi kecurangan telah diantisipasi dengan sistem yang diterapkan panitia. Bahkan pengawasan pada pelaksanaan SBMPTN sangat ketat tahun ini.
Ditambahkannya, dengan adanya peserta yang mengikuti ujian dengan computer-based test, potensi kecurangan bisa diminimalkan cukup signifikan. “Meski baru 20.860 peserta yang ikut CBT cukup membantu. Sebab, potensi kecurangan lebih kecil menggunakan CBT,” ujarnya.
SBMPTN 2017 diikuti 797.023 peserta, dengan rincian 776.163 berbasis kertas atau paper-based test dan 20.860 peserta CBT. Pelaksanaan SBMPTN dilakukan serentak se-Indonesia pada 16-18 Mei 2017.
IMAM HAMDI