TEMPO.CO, Klaten - Kebrutalan sekelompok pelajar yang berkonvoi merayakan kelulusan di sejumlah wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada 2 Mei lalu membuat korbannya, Tri Purnama Adi, hingga kini trauma. Hingga dua pekan pasca-konvoi pelajar rusuh tersebut, remaja 18 tahun itu belum berani keluar rumah sendirian.
“Rasanya masih takut kalau nanti di jalan tiba-tiba ketemu gerombolan mereka lagi,” kata lulusan SMK Kristen 5 Klaten itu saat ditemui di rumahnya di Dukuh Basin, Desa Basin, Kecamatan Kebonarum, Klaten, pada Senin siang, 15 Mei 2017.
Baca juga: Kronologi Serangan Brutal Konvoi Pelajar di SMA N 1 Klaten
Anak bungsu dari pasangan buruh serabutan, Marjono, 60 tahun, dan Ayem, 50 tahun, itu belum sepenuhnya sembuh. Bekas jahitan di pelipis kirinya yang robek akibat sabetan gir yang diayunkan peserta konvoi masih menyisakan nyeri. Luka pada dua lututnya akibat tergores aspal saat terjatuh dari motor juga masih terasa ngilu. Siang itu, sejumlah pejabat dari Pemerintah Kabupaten Klaten menjenguk Purnama.
“Semoga cepat sembuh dan lekas mendapat pekerjaan sesuai yang diinginkan,” kata Pelaksana Tugas Bupati Klaten Sri Mulyani sambil menyerahkan bantuan sosial berupa uang tunai senilai Rp 2 juta.
Selasa dua pekan lalu, Purnama dan temannya, Munawir, dikeroyok sekelompok pelajar yang berkonvoi melintasi wilayah Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan. Purnama tidak kenal dan tidak pernah punya masalah dengan para pelajar yang menyerang secara membabi-buta dengan sejumlah senjata itu.
“Sejak peristiwa itu, Purnama tidak berani keluar rumah. Saat dimintai keterangan polisi (di Polsek Kebonarum maupun di Polres Klaten), saya dan ibunya harus mengantar. Boncengan satu motor bertiga,” kata Marjono.
Simak pula: Polisi Tetapkan 10 Tersangka Kasus Konvoi Pelajar Rusuh di Klaten
Trauma juga masih menghinggapi Munawir, 19 tahun, teman sekolah Purnama. “Sampai sekarang masih terbayang peristiwa itu. Salah satu peserta konvoi itu hendak menusuk saya dengan samurai. Tapi saya bisa menghindar,” kata Munawir saat ditemui di rumahnya di Dukuh Basin, Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten.
Munawir mengatakan, siang itu, dia dan Purnama berboncengan sepeda motor ke sekolah untuk menunggu pengumuman kelulusan. Saat melintasi simpang empat Desa Nglinggi, mereka tiba-tiba dikejar dan dipepet sekelompok pelajar yang berkonvoi. Tanpa sebab, para peserta konvoi itu menyabetkan helm dan menghalangi laju motor Munawir dengan sebatang bambu.
“Kami pun jatuh dan langsung dikeroyok. Kami tidak tahu apa masalahnya,” kata Munawir yang terkena sabetan gir sebanyak empat kali di bahu depan sebelah kiri. Sabetan gir yang diikatkan di ujung tali itu sempat menancap dan hingga kini masih meninggalkan bekas luka. Sebagai korban serangan konvoi pelajar di Klaten, Munawir juga mendapat bantuan sosial dari Pemkab Klaten sebesar Rp 1,5 juta.
DINDA LEO LISTY