TEMPO.CO, Solo-Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta akan menggelar bedah buku karya Haidar Bagir, Selasa 9 Mei 2017. Pihak kampus tak mengubah rencana awal kendati mendapat penolakan dari beberapa kelompok.
Rektor IAIN Surakarta Mudofir mengatakan mereka akan tetap melakukan bedah buku Haidar Bagir berjudul Islam Tuhan Islam Manusia terbitan Mizan. "Tentunya kami harus menghadirkan Haidar Bagir sebagai penulis," katanya, Ahad 7 Mei 2017.
Baca: Pemutaran Film Pulau Buru di Hari Kebebasan Pers Dibubarkan
Sebenarnya, kegiatan tersebut diselenggarakan oleh mahasiswa bekerja sama dengan Mizan sebagai penerbit. Kegiatan bedah buku jamak dilakukan di kampus itu untuk menambah pengetahuan mahasiswa.
Hanya saja, acara kali ini mendapat penolakan dari sejumlah kelompok. "Mereka sudah tiga kali meminta audensi agar acara itu dibatalkan," kata Mudofir.
Opsi lain, acara boleh tetap berlangsung namun Haidar Bagir diganti dengan pembicara lain. "Alasan mereka adalah Haidar Bagir merupakan penganut syiah," katanya. Para penolak juga mempersoalkan satu bab dalam buku tersebut yang berjudul Takfiri: Asal Usul dan Perkembangannya.
Simak: Ditekan Aparat, Pemutaran Film Tragedi Mei 1998 Batal
Mudofir menegaskan pihak kampus tetap menggelar bedah buku tersebut dengan pembicara sesuai rencana. Menurutnya, bedah buku merupakan kegiatan ilmiah yang perlu dikembangkan di dalam kampus. "Kebebasan akademis harus dijamin," katanya.
Mudofir mengajak kelompok yang menolak acara itu untuk ikut berdiskusi dalam bedah buku. "Kami persilakan untuk ikut menjadi pembicara," katanya. Menurut Mudofir, surat permintaan sebagai pembicara sudah dikirimkan.
Lihat: FPI Bubarkan Diskusi Pemikiran Karl Marx di Bandung
Kedua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) Mu'inudinillah Basri mengaku geram lantaran namanya dicantumkan sebagai pembicara dalam sejumlah pamflet. "Padahal surat permintaan sebagai pembicaranya baru saja sampai," katanya. Mu'inudinillah berujar tidak akan hadir dalam acara itu. "Sudah jelas-jelas kami menolak acaranya."
Dia mengaku khawatir acara itu menjadi sarana penyebaran paham syiah yang dianggapnya membawa perpecahan. Terkait kebijakan kampus yang akan tetap menggelar acara itu, Mu'inudinillah mengaku tidak akan mempermasalahkannya. "Yang penting kami sudah memberi nasihat," kata dia.
AHMAD RAFIQ