TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Besar Wilayah Sungai Citarum Yudha Mediawan mengatakan banjir bandang di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, disebabkan adanya alih fungsi lahan di kawasan hulu yang tak terkendali. Di kawasan hulu Sungai Ciwidey, kini telah berjamur tempat wisata dan perkebunan tanaman lunak.
"Adanya perubahan alih fungsi lahan di daerah tangkapan air di Sungai Ciwidey. Dari foto satelit saya lihat terjadi perubahan lahan. Jadi yang tadinya warna hijau berubah menjadi cokelat ataupun agak kuning," ujarnya kepada wartawan di lokasi banjir di Desa Ciwidey, Kamis, 4 Mei 2017.
Baca juga: Korban Banjir Bandang Ciwidey Ingin Pindah, tapi Tak Mampu
Ia mengatakan, kontur aliran Sungai Ciwidey termasuk terjal. Artinya, aliran sungai tersebut memiliki daya rusak yang tinggi apabila debit air sedang melimpah dan tidak ada tangkapan air yang memadai.
"Ini sungai termasuk sungai yang terjal. Sungai terjal kecepatannya tinggi dan energinya besar. Artinya, kalau kapasitasnya terlampaui, tentu sungai akan mempunyai daya rusak yang tinggi," katanya.
Simak pula: Banjir Bandang Terjang Ciwidey, 27 Rumah Rusak
Selain alih fungsi lahan, kata dia, Sungai Ciwidey juga mengalami sedimentasi dan penyempitan badan sungai. "Kalau lihat dari hilir sampai atas, ada penyempitan badan sungai. Seharusnya dikendalikan ke posisi semula. Sehingga kalau banjir tidak semua meluap," tuturnya.
Wakil Bupati Bandung Gungun Gunawan belum mengetahui adanya alih fungsi lahan di kawasan hulu Sungai Ciwidey. Menurutnya, faktor penyebab banjir adalah sedimentasi sungai dan curah hujan yang tinggi. "Di kawasan hulu belum ada laporan (alih fungsi lahan). Namun kami sudah ada penghijauan," ujarnya kepada wartawan saat mengunjungi lokasi banjir.
Banjir bandang yang melanda dua kecamatan di Kabupaten Bandung itu merusak 27 rumah, dan empat di antaranya rata dengan tanah. Bencana ini terjadi pada Rabu, 3 Mei 2017, sekitar pukul 14.30. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
IQBAL T. LAZUARDI S.