TEMPO.CO, Makassar - Sekitar 500 murid terpaksa tak mengikuti proses belajar-mengajar. Sebab, seorang warga bernama Sahid bin Bajidah, 60 tahun, yang mengaku ahli waris lahan, telah menyegel sekolah atau tepatnya menyegel kompleks sekolah yang berada di Jalan Pajaiyyang, Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, itu pada Kamis, 4 Mei 2017.
Ahli waris menyegel sekolah dengan memblokir pintu masuk lantaran pemerintah tak kunjung membayar tanahnya yang digunakan untuk membangun sekolah pada 1975 tersebut. Diketahui, 500 siswa yang tak bisa mengikuti proses belajar-mengajar itu berasal dari tiga sekolah yang berada dalam satu kompleks, yakni SD Negeri Pajaiyyang, SD Inpres Pajaiyyang, dan SD Inpres Sudiang.
Baca juga:
Pemilik Lahan Segel Gerbang SD, Ratusan Murid Terbengkalai
"Saya terpaksa menyegel sekolah karena Pemerintah Kota Makassar tak bayar ganti rugi lahan," kata Sahid, Kamis, 4 Mei 2017.
Sahid menjelaskan, lahan seluas 5.000 meter persegi ini sudah lama digunakan, sehingga ia menginginkan agar ganti rugi lahan dibayarkan secepatnya. "Sudah lama tak ada kejelasannya bagaimana. Intinya, saya ingin ganti rugi lahan dibayarkan secepatnya," ujarnya.
Adapun Lurah Sudiang Raya, Andi Wahyu Rasyid, mengatakan pemerintah masih mendaftar bangunan-bangunan sekolah yang menjadi aset. Namun ia mengaku tak mengetahui apakah ganti rugi lahan sekolah sudah dibayarkan atau belum. "Memang ahli waris selalu mempertanyakan soal ganti rugi lahannya," ujar Wahyu.
Baca pula:
Warga Buka Segel Sekolah dengan Syarat
Karena itu, dia melanjutkan, Camat Biringkanaya Syahrum Makkuradde berjanji akan memfasilitasi pertemuan antara pemerintah dan ahli waris melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Makassar pada Jumat, 5 Mei.
Kepala SD Negeri Pajaiyyang, Intan, mengaku dia tidak mengetahui soal sengketa tanah yang terjadi itu. "Saya juga tahu bahwa disegel karena ada spanduk tertempel di gerbang sekolah," ujarnya.
Menurut dia, sejauh ini belum ada solusi yang didapat sehingga para siswa harus telantar dan proses belajar-mengajar ditiadakan hari ini. "Kami berharap besok sudah ada solusi agar aktivitas belajar bisa kembali normal lagi. Sebab, siswa ini sudah mau ujian nasional," tutur Intan.
Seorang murid kelas VI SD Inpres Sudiang, Dwikita, mengatakan dia datang ke sekolah pukul 07.00 Wita lewat. Namun pagar sekolah sudah dalam keadaan terkunci sehingga dia tak bisa masuk. "Saya datang pagi-pagi, tapi pas sampai sekolah, pagar sudah tergembok. Tidak ada orang yang bisa masuk," ucapnya, sedih.
DIDIT HARIYADI