TEMPO.CO, Klaten - Serangan membabi-buta dari gerombolan pelajar brutal yang berkonvoi pada Selasa lalu menyisakan trauma pada sebagian siswa SMA Negeri 1 Kabupaten Klaten. “Tradisi merayakan kelulusan dengan membagikan paket sembako terpaksa ditunda dulu, menunggu situasi kembali kondusif,” kata Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMA N 1 Klaten, Aris Sutaka, saat ditemui di kantornya pada Rabu, 3 Mei 2017.
Pada Selasa lalu, sekitar pukul 14.00, sedikitnya lima siswa kelas XI di SMA favorit itu menjadi korban kebrutalan puluhan pelajar dari sejumlah SMK dan SMA yang berkonvoi dengan sepeda motor berknalpot bising.
Baca juga: Kronologi Serangan Brutal Konvoi Pelajar di SMA N 1 Klaten
Tiga siswa terkena sabetan senjata tajam, satu di antaranya masih diopname di Rumah Sakit Islam Klaten hingga Rabu siang. Satu terkena pukulan helm. Dan satu siswa lagi kehilangan tas berisi dompet setelah dikeroyok.
Wakil Kepala Bidang Kurikulum Tantri Ambarsari mengatakan, tradisi merayakan kelulusan dengan berkonvoi sepeda motor sudah lama ditinggalkan para siswa SMA N 1 Klaten. Sebagai gantinya, para siswa kelas XII menyelenggarakan kegiatan bakti sosial.
“Bakti sosial itu mulai dari menyumbangkan seragam dan buku-buku kepada adik kelas dari kalangan keluarga tidak mampu hingga mengumpulkan paket sembako untuk dibagikan kepada warga yang kurang mampu di sekitar sekolah,” kata Tantri.
Sebelum petaka tak terduga itu menimpa lima siswa kelas XI, para siswa kelas XII sudah mengumpulkan paket sembako yang mereka bawa dari rumah sejak pagi. Sedianya paket sembako itu akan dibagikan di sepanjang Jalan Merbabu depan SMA N 1 Klaten setelah pengumuman kelulusan.
Menurut Aris, saat terjadi serangan itu, seluruh siswa kelas XII berada di dalam sekolah. Sebab, kelulusan baru akan diumumkan pada pukul 15.00. “Saat itu juga kami mengimbau mereka agar tidak terpancing emosi dan tidak melakukan balasan,” ujar Aris.
Simak pula: Konvoi Hasil UN SMA di Klaten Brutal, Polisi Dalami Dugaan Klitih
Jika situasi sudah dinilai kondusif, Aris mengatakan, pembagian paket-paket sembako itu akan dilakukan siswa kelas XII dengan pengawalan ketat dari para guru. “Kami juga akan meminta bantuan pengawalan dari kepolisian untuk memberikan jaminan keamanan. Kalau tidak (dibagikan di jalanan), paket sembako itu akan disumbangkan ke panti asuhan,” kata Aris.
Bagi para siswa kelas XI yang menjadi korban serangan brutal konvoi pelajar, Aris menambahkan, pihak sekolah akan memberikan program trauma healing (tindakan untuk mengurangi gangguan psikologis akibat syok atau trauma). “Hari ini mereka tidak masuk sekolah, biar istirahat dan menenangkan diri dulu di rumah,” kata Aris.
Aris menambahkan, pihak sekolah juga telah menyiapkan laporan atas dugaan tindak penganiayaan terhadap tiga siswanya. “Kalau mereka sudah masuk sekolah, akan kami antarkan ke kantor Kepolisian Resor Klaten. Kami berharap agar para pelakunya segera ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku ,” kata Aris.
DINDA LEO LISTY