TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Susana Yembise mengatakan kebijakan perlindungan hak perempuan dan anak di Indonesia mendapat apresiasi dari negara-negara Islam.
Apresiasi itu didengarnya langsung saat menghadiri konferensi tingkat menteri bidang PPPA di Mashad, Iran, pada 27 April lalu. "Indonesia dapat dijadikan salah satu role model," ujar Yohana dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Mei 2017.
Baca: Menteri Yohana Ajak Publik Hormati Pelaksanaan Hukum Kebiri
Forum bertajuk 'Social and Family Policy Making in Islamic Societies' itu membahas masalah dan capaian negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di bidang perlindungan perempuan dan anak. Isu perempuan dan anak di tiap negara, kata Yohana, secara umum tak berbeda. "Termasuk di negara-negara konflik di mana perempuan dan anak jadi korban utama."
Yohana mengaku sempat berbicara mengenai pentingnya peran keluarga dalam pembangunan bangsa. "Masalah terjadi di keluarga, banyak yang salah pengasuhan sehingga kejahatan di mana-mana. Ini beda kalau keluarga baik, ada mutual understanding (saling pengertian) antara suami istri, dan baik ke anak," tuturnya.
Simak: Menteri PPPA dan Menteri Agama Akan Bahas Revisi UU Perkawinan
Jumlah keluarga di Indonesia sendiri mencapai 60 juta. Adapun jumlah penduduk perempuan di Indonesia sekitar separuh dari total penduduk, sementara penduduk anak-anak sekitar sepertiganya.
"Sehingga jika dijumlahkan ada 67 persen dari total masyarakat Indonesia. Mereka ini yang harus kita penuhi haknya, dan lindungi dari berbagai kejahatan, eksploitasi, dan diskriminasi," kata Yohana.
Pertemuan tingkat menteri di Iran itu dihadiri Wakil Presiden Iran urusan Perempuan dan Keluarga Shahindokht Molaverdi, serta menteri dari 7 negara, yakni Indonesia, Azerbaijan, Afganishtan, Turki, Syria, Mauritania, dan Irak. Forum yang disebut Yohana sebagai sarana tukar pengalaman dan informasi itu juga dihadiri sejumlah duta besar dan pakar bidang PPPA.
YOHANES PASKALIS