TEMPO.CO, Seluma - Delapan orang siswa-siswi SMP Negeri 30 Desa Padang Capo, Kabupaten Seluma, Bengkulu, terpaksa harus mengungsi ke sebuah rumah kosong milik warga agar dapat menempuh ujian nasional yang dimulai pada hari ini, 2 Mei 2017.
Kerabat salah satu siswa, Ichsan Haicing, mengatakan dengan ditemani orang tua masing-masing, sejak kemarin anak-anak tersebut telah mengungsi. "Jika anak-anak lain ujian hanya bawa alat tulis dan buku, tidak dengan keponakan kami mereka juga bawa ember, tikar, dan keperluan hidup selama mengungsi," kata Haicing, Selasa, 2 Mei.
Baca:
Hari Pendidikan, 30.904 Siswa SMP dan MTs di Subang Ujian Nasional
Antisipasi Listrik Padam, Depok Wajibkan Sekolah Sewa Genset
Haicing mengungkapkan karena pada tahun ini peserta ujian nasional berbasis komputer (UNBK) di SMP Negeri 30 hanya delapan orang maka penyelenggaraan ujian menginduk ke SMP Negeri 6 Kecamatan Sukaraja yang jaraknya 30 kilometer dari Desa Padang Capo.
Belum lagi, kata Haicing, jalan menuju keluar desa hanya dapat ditempuh menggunakan kendaraan penggerak ganda (4x4). "Apalagi musim hujan seperti sekarang, jalan berlumpur dan hanya bisa dilewati mobil bertransmisi ganda (4x4) yang telah diberi rantai," ujar dia.
Sehingga para orang tua bersepakat sementara waktu anak-anak tersebut mengungsi.
Haicing mengungkapkan perjuangan anak-anak yang tinggal di pedalaman, salah satunya anak-anak di Desa Padang Capo untuk bisa sekolah sangat berat. Maka dia berharap pemerintah dapat menyediakan fasilitas pendidikan yang sama seperti yang ada di kota dan memperbaiki fasilitas jalan umum.
Simak juga: Mbah Gotho Sebelum Wafat, kalau Sakit Minta Kerik lalu Sehat Kembali
Salah satu siswi SMP 30, Anggi Angraini, mengaku sangat bersemangat mengikuti ujian pada hari ini, yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei, meski harus berada jauh dari tempat tinggalnya.
"Kami sudah mempersiapkan ujian jauh-jauh hari, harapannya kami semua bisa lulus dan melanjutkan ke SMA," ucap Anggi dengan nada bersemangat.
Namun, bila kelak lulus ujian, perjuangan Anggi untuk melanjutkan sekolah tidak hanya sampai di situ. Karena jika ingin terus sekolah, dia dan semua anak di desanya harus siap meninggalkan orang tua dan desa mereka.
"SMA terdekat di desa kami adanya di Sukaraja. Jadi kalo ingin terus sekolah anak-anak di desa kami biasanya menumpang di rumah keluarga atau ngekos di desa terdekat dengan sekolah," ujar Anggi.
PHESI ESTER JULIKAWATI