TEMPO.CO, Surakarta - Krisis kebinekaan yang mendera Indonesia akhir-akhir ini membuat sejumlah penulis tergerak dan berkumpul membuat acara bertema "Menulis untuk Kebinekaan". Persoalan kebinekaan itu, seperti merebaknya informasi palsu atau hoax dan arus sektarian.
Asosiasi penulis menamakan acara itu sebagai Kongres Persatuan Penulis Indonesia atau Satupena. Acara itu akan digelar di Hotel Aston Surakarta, Solo, 26-29 April 2017. Satu di antara penulis yang akan bergabung dalam acara itu adalah Mikke Susanto.
Baca juga:
Kongres Persatuan Penulis Usung Kebinekaan Indonesia
Menurut Mikke, tema kebinekaan dipilih sesuai dengan peristiwa yang kontekstual, yakni hoax dan radikalisme. Penulis punya peran memberi pesan agar masyarakat menyadari persoalan kebinekaan tersebut. "Anggota Satupena diharapkan bisa menghargai kebinekaan," katanya, Selasa, 25 April 2017.
Kebinekaan dalam acara itu juga berbicara tentang beragam genre kepenulisan, kewilayahan, keindonesiaan, dan berbagai peluang yang belum dieksplorasi. "Kami juga bahas kesejahteraan dan posisi penulis," ujarnya.
Satupena mengutip sastrawan ternama Pramoedya Ananta Toer. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Menurut Mikke, gagasan, pergulatan pemikiran, kerisauan, dan imajinasi penulis dari masa ke masa punya daya mengubah dan mewarnai peradaban.
Indonesia memiliki setidaknya 18 ribu judul pada 2013. Karya penulis terbit setiap tahun atau sekitar 1.500 judul buku terbit per bulan. Potensi bidang kepenulisan ini penting dikaji, dirawat, dan lebih dikembangkan.
Panitia acara, Imelda Akmal, mengatakan, dunia kepenulisan memerlukan asosiasi penulis. Di Indonesia, perkumpulan penulis sudah ada, tapi sifatnya masih komunitas informal. Tidak adanya asosiasi resmi menyulitkan langkah penulis dan pemerintah mengadvokasi kebijakan dalam bidang tulis-menulis.
Asosiasi penulis berharap mereka bisa duduk setara dengan asosiasi penerbit, toko buku, dan pemerintah. "Tujuannya, memajukan dunia kepenulisan di Indonesia," ucapnya.
Persatuan Penulis Indonesia dirintis lewat acara Musyawarah Penulis Indonesia dalam Borobudur Writers & Cultural Festival 2016 di Magelang. Pada 6 Oktober 2016, asosiasi itu kemudian dibentuk.
Mereka yang berperan dalam terbentuknya asosiasi itu, di antaranya Bagus Takwin, Chandra Malik, Cok Sawitri, Dewi ‘Dee’ Lestari, Hikmat Darmawan, Langit Kresna Hariadi, Mardiyah Chamim, Mikke Susanto, Mice Misrad, Murti Bunanta, Nasir Tamara, Nassirun Purwokartun, Neni Muhidin, dan Zen Hae.
Asosiasi itu mendapat sokongan dari Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf. Tujuannya, mendorong tumbuh suburnya komunitas kreatif di berbagai bidang, termasuk penulis, untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja kreatif.
Sebanyak 120 penulis dari seluruh Indonesia dijadwalkan datang. Sealin itu, Kepala Bekraf Triawan Munaf dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid dijadwalkan hadir.
Pada akhir kongres akan berlangsung peluncuran buku kompilasi tulisan Satupena, peluncuran sejumlah buku baru, dan karya penulis asosiasi itu. Ada juga seminar Perlindungan Hak & Optimalisasi Karya Penulis serta Undang-Undang Hak Cipta.
SHINTA MAHARANI