TEMPO.CO, Banjarnegara - Peringatan Hari Bumi, 22 April, di Desa Kalilunjar, Banjarnegara yang kedua kali digelar, tahun ini ini berupa aksi mandi lumpur yang diikuti ratusan warga.
Awalnya, Sabtu siang 22 April 2017, ratusan warga Desa Kalilunjar, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara sedang duduk di tepi kubangan lumpur. Kepala Desa Kalilunjar, Slamet Raharjo, di atas mobil bak terbuka memberikan aba-aba agar meminta warga memasuki kubangan lumpur.
Baca : Hari Bumi, Aktivis Tagih Janji Gubernur Kaltim Cabut Izin Tambang Bermasalah
Kemudian dia meminta warga bersujud di dalam lumpur sebagai wujud rasa syukur. Tak berselang lama, warga membenamkan kepala di dalam kubangan lumpur yang membentuk seperti hati. Beranjak dari lumpur. Warga beranjak berdiri berkerumun saat Slamet melempar ratusan uang koin ke kubangan lumpur yang dipenuhi warga.
Selain itu, warga menanam pohon pucuk merah setelah tahun lalu menanam mahoni dan durian, di sepanjang Sungai Merawu. “Karena kita semua petani harus mencintai dan merawat bumi,” ujar Slamet Raharjo.
Tahun ini, peringatan Hari Bumi dilakukan dengan mandi lumpur, kata Slamet, merupakan bagian manusia yang mensyukuri masih bersahabat dengan bumi. Dia menilai saat ini bumi sedang mengalami pemanasan global yang berakibat banyak bencana, khususnya di Indonesia. “Kita mentarget 200 orang tapi yang berpartisipasi mencapai 500 warga lebih,” katanya.
Dari pantauan Tempo, seusai mandi lumpur warga berjalan kaki sejauh 1,5 km dengan membawa bibit bunga pucuk merah ke arah Bukit Asmara Situk. Dengan kondisi penuh lumpur mereka berjalan sembari memungut sampah yang berada di jalan raya Karangkobar. “Selain memungut sampah kita juga akan melakukan penanaman bibit tanaman,” katanya.
Simak pula : Anies-Sandi Menangi Pilkada DKI, PolMark: Suara Ahok-Djarot Macet
Bibit pucuk merah yang dibawa oleh warga akan ditanam di sepanjang jalan Karangkobar. Kawasan Desa Kalilunjar, ujar Slamet, sebanyak 60 persen dari luas wilayah merupakan kawasan rawan longsor. Penanaman dilakukan untuk memberikan kesadaran kolektif kepada warganya. “Ini juga sejalan dengan rencana kita akan membuat desa seribu bunga,” ujarnya.
Siti Chadijah, 26 tahun, salah seorang warga yang mengikuti peringatan Hari Bumi dengan mandi lumpur tidak merasa risih karena hal tersebut dilakukan selama setahun sekali. Dia mengikuti peringatan tersebut merupakan bagian dari rasa syukurnya kepada Tuhan.
Di Banjarnegara, menurutnya dinilai kawasan rawan bencana. Namun di lingkungannya sudah menggalakkan kegiatan penghijauan dan bersih-bersih sungai yang dilakukan secara bergotong-royong oleh warga setempat. “Kita ingin agar warga desa sadar untuk menjaga kelestarian bumi,” katanya.
BETHRIQ KINDY ARRAZY