TEMPO.CO, Purwakarta - Penampilan mantan juara tinju WBC Chris Jhon dalam Festival Seni Bela Diri Dunia 2017 yang dihelat di taman Air Mancur Sri Baduga Purwakarta, Jawa Barat, Jumat malam, 21 April 2017, memukau puluhan ribu penonton yang datang dari berbagai penjuru kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Sumatera.
Petinju berjuluk "The Dragon" yang tampil sebagai Ferformance Art tersebut tidak hanya menampilkan kepiawaiannya dalam seni adu jotos melainkan mengkakolaborasikannya dengan seni bela diri whusu, seni bela diri asal negeri Tirai Bambu Tiongkok.
Mengenakan pakaian khusus olah raga wushu dengan warna hitam-hita dan sepatu hitam, petinju berkepala pelontos tersebut menampilkan atraksi dengan liukan-liukan badan yang indah. Kaki kiri-kanannya dengan kuda-kuda kuat dan sepakan lurus dan pukulan jab tangan kiri-kanan yang mematikan.
Seorang lawan tandingnya yang juga atlet wushu asuhannya, dengan alat penahan pukulan, beberapa kali dirobohkan dengan pukulan jab dan sapuan kaki Chris Jhon yang mengenakan sarung tangan tinju warna hitam dipandu warna kuning.
"Seru dan mengasyikan," ujar Hendrayana, pelancong asal Bogor. Sayangnya, durasi aksinya hanya dalam hitungan menit. "Jadinya, kita dibuat penasaran."
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengatakan bahwa seni bela diri Pencak Silat sebagai seni bela diri tradisional Indonesia, kini, banyak di pelajari di belahan dunia.
"Lihat saja, hampir semua negara peserta, menampilkan silat sebagai ajang atraksinya," ujar Dedi.
Menurut Dedi, nilai-nilai hakikat yang terkandung dalam setiap seni bela diri di dunia termasuk Pencak Silat, adalah pengendalian diri. "Kehebatan seni bela diri pencak silat, wushu, taekwondo, karate dan yudo, bukan pada kekuatan tangannya, sepakan kakinya, tetapi, pada pengendalian diri," katanya.
NANANG SUTISNA