INFO PURWAKARTA - Didik Rianto, 48 tahun, seorang pengusaha asal Semarang, Jawa Tengah, tampak sumringah saat bertemu Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di rumah dinas bupati di jalan Gandanegara Nomor 25 Purwakarta, Minggu, 16 April 2017. Pasalnya, Kang Dedi, sapaan akrab Bupati, ini adalah figur yang selama ini diidolakannya.
"Kang Dedi itu orangnya benar-benar humble dan low profile. Nggak jauh dari sangkaan saya sebelumnya," ujar Didik, yang kala bertemu Kang Dedi mengenakan pakaian kemeja batik warna merah bintik-bintik putih garis-garis hitam.
Didik mengaku selama hidupnya hanya mengidolakan dua figur Indonesia, yaitu Soekarno dan Kang Dedi. Menurutnya, saking mengidolakan Kang Dedi, dalam setiap doa selepas salatnya, Didik selalu merilis doa khusus agar bisa dikabulkan bertemu Kang Dedi dengan mudah dan penuh kekeluargaan. "Alhamdulillah, doaku dikabulkan Allah," tuturnya.
Dia mengaku mengidolakan Kang Dedi, selain karena sikapnya yang humble dan low profile itu, orangnya juga cerdas dan penuh kasih sayang. Itu sesuai dengan informasi hasil risetnya di media massa dan media sosial yang dia pelajari hampir selama satu tahun.
Misalnya, kata Didik, dalam program pembangunan, Kang Dedi mampu membangun kota kecil Purwakarta yang semula biasa-biasa saja, menjadi sebuah kota metropolis, tapi tetap mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal yang banyak dikunjungi pelancong dari berbagai penjuru Indonesia bahkan dunia. "Contohnya, dibangunnya ruang-ruang publik di sudut-sudut kota. Dua museum diorama digital dan yang paling spektakuler yaitu Taman Air Mancur Sri Baduga," tutur Didik.
Lalu ada taman Pasanggrahan Pajajaran, Panca Warna dan Maya Datar di komplek Pemkab Purwakarta. Dia mengaku sudah menikmati semua "suguhan" karya nyata Kang Dedi tersebut. "Semuanya luar biasa," ucap Didik.
Yang lebih menarik lagi, semua fasilitas yang berada di komplek kantor bupati itu dibuka bebas untuk umum dan gratisan.
Lalu, kata Didik, Kang Dedi juga sangat menyayangi kaum ibu lanjut usia dan jompo. Sampai-sampai Kang Dedi punya ratusan ibu asuh dari kaum hawa lanjut usia dan jompo itu. Kang Dedi juga memberikan mereka santunan bulanan dari saku pribadinya. "Ini yang jarang dimiliki pemimpin masa kini di Indonesia," ucapnya.
Kang Dedi mengaku sangat senang sekaligus terharu atas sikap Didik yang telah mengidolakannya. "Padahal, saya ini bukan siapa-siapa dan nggak punya apa-apa. Karena saya ini hanya seorang anak desa dari sembilan keluarga yang lahir dari seorang ibu petani dan ayah seorang prajurit berpangkat kopral," tuturnya.
Tetapi, Kang Dedi mengaku bangga karena jerih payahnya membangun Purwakarta dengan basis dan nilai-nilai kearifan lokal Kesundaan, telah diakui banyak orang termasuk Didik. Artinya, buah karya kami yang semula banyak dihujat bahkan dilaknat, ternyata kini banyak menginspirasi banyak pihak," ujarnya.
Maka, Kang Dedi pun mengaku tak terlalu jumawa jika kini menyatakan bahwa Purwakarta sudah mengalahkan banyak daerah berstatus kotamadya. "Buktinya, Purwakarta kini banyak dilirik dan dikunjungi pelancong dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia," ucapnya.
Khusus untuk Didik, seorang pelancong yang juga mengidolakannya, Dedi mempersembahkan sebuah lukisan dirinya dan sejumlah buku tentang kebudayaan sebagai buah pikiran Kang Dedi. "Ini surprise," kata Didik sambil pamitan pulang kembali ke Semarang. (*)