TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur Yanuar Rachmadi meminta Tim SAR mewaspadai bencana susulan setelah musibah longsor di Nganjuk, Jawa Timur. Sebab, danau sedalam 50 meter, yang terbentuk akibat longsor, sangat rawan dan sewaktu-waktu bisa jebol. “Tidak boleh sembrono, karena kalau sampai tanahnya jebol, dikhawatirkan akan memakan korban lagi,” kata Yanuar, Selasa, 11 April 2017.
Yanuar mengatakan danau itu terbentuk akibat sungai terbendung oleh material longsor. Posisinya berada di bawah tebing dan bersebelahan dengan perkebunan milik penduduk. Alat berat tidak bisa mencapai lokasi longsor karena tidak ada akses jalan. Untuk menuju tempat itu hanya bisa menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki.
Menurut Yanuar, upaya pencarian korban tetap dilakukan meskipun medannya tidak bagus.
“Kami tetap melakukan pencarian meski secara manual," katanya.
Baca: Pencarian Korban Longsor Nganjuk Dimulai Besok Pagi
Korban yang selamat saat ini ditampung di tenda-tenda pengungsian di lahan desa tetangga. Tempat pengungsian ini diyakini tidak rawan dan jauh dari lokasi longsor. “Tapi ada juga yang menginap di rumah saudaranya,” ujar Yanuar.
Yanuar mengatakan jumlah alat berat yang masuk di lokasi longsor juga dibatasi. Alasannya, getaran dari alat berat dinilai cukup berbahaya dan dikhawatirkan menimbulkan longsor susulan. Alat berat yang digunakan saat ini pun berukuran kecil karena faktor kondisi jalan yang sempit. “Kalau besar, tidak bisa masuk,” katanya.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan penyebab longsor di Kabupaten Nganjuk adalah kondisi tanah yang terlalu subur dan mengandung banyak air. Kondisi itu membuat akar pohon tidak kuat menahan beban air dalam tanah sehingga tanah ambrol. “Sebenarnya tumbuhan di sana itu sudah jenis tumbuhan yang dapat menahan longsor, seperti jati, mangga, sengon, dan akasia,” kata Soekarwo.
Baca: Longsor Nganjuk, Perhutani: Akibat Salah Kelola Hutan
Menurut Soekarwo, selain karena kandungan air dalam tanah yang cukup banyak, lokasi longsor memiliki tingkat kemiringan mencapai 70 derajat. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPBD Jawa Timur, Soekarwo melaporkan jumlah korban meninggal sebanyak lima orang. “Untuk antisipasi agar tidak terjadi korban lagi, pembentukan kader early warning menjadi penting sebagai pengawas,” katanya.
JAYANTARA MAHAYU