TEMPO.CO, Ponorogo – Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur tetap fokus menyelesaikan pembangunan rumah penampungan sementara bagi pengungsi yang terdampak bencana longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo Sumani mengatakan upaya itu tidak terhambat longsor susulan pada Ahad, 9 April 2017. “Fokus kami untuk relokasi sementara bisa selesai,’’ kata dia, Senin, 10 April 2017.
Baca: Evakuasi 24 Korban Longsor Ponorogo Dihentikan
Penampungan sementara itu dibangun personil TNI Angkatan Darat dan relawan di dua lokasi. Pertama, berjarak sekitar 500 meter dari titik nol longsor di bukit Gunung Gede. Sedangkan titik kedua berada di bawah lokasi pertama dengan jarak sekitar 300 meter. "Mudah-mudahan besok atau lusa sudah jadi dan ditempati,’’ ujar Sumani.
Penampungan sementara itu mulai dibangun pada Sabtu pekan lalu. Sesuai rencana awal, pengungsi dapat menempati rumah tersebut pada Senin. Adapun kendalanya distribusi material bangunan tidak lancar karena kendaraan harus melewati akses sempit, ramai, naik dan turun.
“Sekarang sudah agak longgar dan mudah-mudahan besok atau lusa (pembangunan rumah darurat) sudah selesai dan ditempati,’’ kata Sumani.
Simak: Longsor Ponorogo, Begini Warga Trauma dan Ingin Relokasi
Wakil Bupati Ponorogo Sudjarno berujar dengan dibangunnya penampungan sementara diharapkan mampu membuat tenang para pengungsi. Psikologi mereka yang mengalami trauma segera kembali normal. “Mudah-mudahan mereka bisa sedikit lebih nyaman meski hanya menempati penampungan sementara daripada di pengungsian,’’ kata dia.
Rumah penampungan sementara itu berdiri di lahan milik seorang warga. Pemerintah Ponorogo menyewanya dengan biaya Rp 14 juta untuk dua lokasi. Bila sudah jadi, sebanyak 19 kepala keluarga bakal menempati.
Lihat: Longsor Susulan Terjadi di Ponorogo, 3 Ekskavator Terseret Lumpur
Mereka merupakan warga yang rumahnya hancur akibat diterjang tanah longsor pada Sabtu, 1 April 2017. Sejak saat itu, mereka mengungsi di sejumlah lokasi bersama sejumlah warga lain yang kediamannya berpotensi rusak akibat bencana serupa. Adapun total penduduk yang mengungsi sekitar 200 jiwa.
NOFIKA DIAN NUGROHO