TEMPO.CO, Ponorogo - Tim SAR gabungan menghadapi kesulitan mencari 25 korban material longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur hingga hari kedepalan, Sabtu, 8 April 2017.
“Sampai hari ini titik berbahaya belum kami sisir, risikonya terlalu besar,’’ kata Koordinator Lapangan SAR dan Evakuasi Penanganan Musibah Tanah Longsor Ponorogo, Asnawi Suroro, Sabtu, 8 April 2017.
Menurut dia, titik berbahaya itu berada di antara sektor A dan B. Di sana terdapat celah sungai yang dalam. Ketika satu unit ekskavator dari sektor A hendak menuju lokasi itu nyaris terperosok. Karena itu, evakuasi pada Ahad, 9 April 2017 bakal menyisir dari sektor B menuju ke atas. “Rencananya seperti itu,’’ ujar Asnawi.
Kendati demikian, unsur keselamatan tim SAR gabungan tetap menjadi prioritas dalam proses evakuasi. Selama ini hingga pencarian yang waktunya diperpanjang dalam tempo tentantif, masing-masing petugas diminta berhati-hati. Selain itu, koordinator pada masing-masing zona intens memantau dan memberikan peringatan melalui handy talky dan megaphone.
“Kami tetap waspada dan kompak. Tapi, kekhawatiran kami justru kepada warga yang datang untuk melihat evakuasi tanpa mempertimbangkan titik berbahaya,’’ ujar dia.
Koordinator sektor A, Yoni Fahriza mengatakan bahwa pihaknya menempatkan seorang pemantau di tiga lokasi zona tersebut. Mereka bertugas mengingatkan tim SAR gabungan yang hendak memasuki titik berbahaya. “Satu sama lain saling mengingatkan. Sampai hari ini kami tetap semangat meski kondisi badan capek,’’ kata dia.
Masa pencarian 25 korban tertimbun tanah longsor yang sedianya dijadwalkan berakhir, Sabtu, 8 April 2017 akhirnya diperpanjang dengan sifat tentatif. Hal itu sesuai dengan permintaan warga Desa Banaran melalui kepala desa setempat.
Proses evakuasi warga yang tertimbun tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur belum membuahkan hasil maksimal hingga hari kedelapan bencana itu, Sabtu, 8 April 2017. Sebanyak 25 dari 28 korban belum berhasil ditemukan.
“Tanda-tanda berupa bau dan lalat (di atas timbunan material longsor) juga tidak ada,’’ kata Yoni Fahriza, Sabtu.
Untuk pencarian pada hari berikutnya, Ahad, 9 April 2017, pihaknya berencana menyisir tebing sungai. Titik tersebut belum disisir lantaran resiko bahanya cukup tinggi lantaran tumpukan tanahnya lembek. Untuk menghindari munculnya korban baru, Yoni menuturkan, pemantauan tim SAR dilakukan secara intensif.
Koordinator Lapangan SAR dan Evakuasi Penanganan Musibah Tanah Longsor Ponorogo, Asnawi Suroro, menyatakan bahwa seluruh titik di sektor A,B,C, dan D telah nyaris disisir. Sepuluh ekskavator dan 7 anjing pelacak juga diterjunkan. Tim SAR gabungan juga menyemprotkan air ke timbunan material longsor untuk memudahkan proses pencarian.
Namun, sejak bencana terjadi pada Sabtu pekan lalu, proses evakuasi baru menemukan tiga korban di sektor C pada Ahad dan Senin lalu. Mereka adalah Katemi, 70 tahun, Iwan Danang Suwandi (30), dan Sunadi (47). Jenazah ketiga korban itu telah dimakamkan. “Kami tetap semangat untuk terus melakukan evakuasi,’’ ujar Asnawi.
Masa pencarian 25 korban tertimbun tanah longsor yang sedianya dijadwalkan berakhir, Sabtu, 8 April 2017 akhirnya diperpanjang dengan sifat tentatif. Hal itu sesuai dengan permintaan warga Desa Banaran melalui kepala desa setempat.
Kepala Desa Banaran, Sarnu, mengatakan bahwa warga masih berharap anggota keluarganya yang tertimbun longsor bisa ditemukan. Karena itu, perangkat desa bersama beberapa penduduk ikut membantu proses pencarian korban pada hari ke delapan pascabencana bersama tim SAR gabungan. Mereka menunjukkan titik-titik yang dicurigai tempat tertimbunnya korban. “Warga belum puas dengan hasil pencarian sampai hari ini,’’ ujar Sarnu.
NOFIKA DIAN NUGROHO
Video Terkait:
Penampungan Sementara Bagi Korban Longsor Ponorogo Dibangun
Psikolog Ikut Pulihkan Kondisi Psikologis Anak Korban Longsor Ponorogo