TEMPO.CO, Ponorogo - Zona pencarian 25 korban yang tertimbun material longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, diperluas. Jika sebelumnya hanya A hingga C, maka sejak Kamis, 6 April 2016, ditambah sektor D.
“Fokusnya (sektor D) pada perbaikan saluran sungai sebagai dampak dari longsor,’’ kata Koordinator Lapangan SAR dan Evakuasi Penangangan Musibah Tanah Longsor Ponorogo, Asnawi Suroso, Jumat, 7 April 2017.
Baca juga: Salat Jumat di Lokasi Longsor Ponorogo, Khatib Ajak Warga Tawakal
Menurut Asnawi, timbunan material longsor di saluran sungai berpotensi mengakibatkan banjir bandang ketika hujan deras. Karena itu, upaya pengerukan tengah dilakukan tim SAR gabungan dengan menggunakan satu unit ekskavator, penyemprotan air, cangkul dan sekop.
Pengerukan aliran sungai di sektor D, Asnawi menuturkan memiliki tujuan ganda. Selain mengembalikan fungsi sungai yang tertimbun longsor, juga mencari korban. Sebagian dari 25 warga yang masih terkubur material longsor diperkirakan berusaha menyelamatkan diri. Mereka dimungkinkan masuk ke saluran sungai ketika bencana itu terjadi pada Sabtu, 1 April 2017.
Simak pula: Setelah Longsor Ponorogo, Banjir Bandang Mengintai Warga
“Juga mencegah 200 rumah warga (di bawah aliran sungai) dihantam air bah yang bercampur tanah longsor,’’ ujar Asnawi.
Sementara, upaya pencarian 25 korban hingga hari ketujuh belum membuahkan hasilu. Tim SAR gabungan yang di antaranya terdiri dari personel Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana, TNI Angkatan Darat, Kepolisian, dan relawan terus menyisir sektor A, B, C, dan D. Sebanyak 10 ekskavator dan tujuh anjing pelacak diterjunkan.
Kepala Sub Bagian Humas Kepolisian Resor Ponorogo, Ajun Komisaris Sudarmanto, menuturkan hasil pada hari ketujuh atau Jumat ini adalah ditemukannya dua unit sepeda motor di sektor B. “Untuk korban manusia belum ditemukan,’’ ujar dia ditemui di posko bencana yang berjarak sekitar 500 meter dari titik nol tanah longsor di Desa Banaran.
NOFIKA DIAN NUGROHO