TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia mengecam dugaan penggunaan senjata kimia dalam satu serangan udara di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah, yang memakan banyak korban jiwa.
"Indonesia mengutuk penggunaan senjata kimia di Suriah yang memakan banyak korban termasuk anak-anak," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir di Jakarta, Kamis 6 April 2017.
Baca: Warga Suriah di Kanada Kutuk Serangan Gas Beracun
Arrmanatha menekankan bahwa sebagai negara yang meratifikasi konvensi senjata kimia tahun 1998, Indonesia menolak penggunaan senjata kimia oleh siapapun dan untuk tujuan apapun. Untuk itu, Pemerintah Indonesia mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera melakukan investigasi yang terbuka terhadap peristiwa serangan udara yang terjadi di Suriah itu. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga meminta PBB untuk nantinya membawa pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu ke meja hukum.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan sangat terganggu oleh laporan mengenai dugaan penggunaan senjata kimia dalam satu serangan udara di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah, pada Selasa 4 April 2017.
Baca: Bom Kimia Suriah, Begini Derita Pria yangS Kehilangan 25 Kerabat
Menurut laporan media, sebanyak 70 orang tewas, 200 orang lagi cedera pada Selasa, dalam serangan gas di daerah yang dikuasai gerilyawan di Idlib Selatan. "PBB saat ini tidak berada dalam posisi untuk secara independen mengabsahkan laporan ini," kata satu pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Guterres.
Menurut pernyataan tersebut, Misi Pencari Fakta dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) telah mengumumkan bahwa misi itu telah mulai mengumpulkan informasi untuk mengkonfirmasi penggunaan senjata kimia. Guterres juga menyatakan bahwa Dewan Keamanan PBB telah menetapkan penggunaan senjata kimia di mana pun juga merupakan pelanggaran serius hukum internasional.
Baca: Bom Kimia di Suriah Tewaskan 35 Orang, Pemerintah Bantah Terlibat
Warga Suriah, Rabu, 5 April 2017, berkumpul di depan aula Kota Calgary, Kanada, untuk mengutuk serangan gas beracun terhadap warga sipil di tanah air mereka, Selasa, 4 April 2017. Tahir Siddique, salah seorang yang hadir di aula Kota Calgary mendesak PBB melakukan aksi lebih banyak guna menyelamatkan orang-orang tak berdosa.
"Kami sangat perhatian terhadap penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil," katanya.
Baca: Serangan Gas Beracun di Suriah, Korban Tewas Jadi 100 Orang
Sebelumnya, Perdana Menteri Trudeau mengutuk serangan kimia tersebut dan menyatakan Kanada siap mengucurkan bantuan kemanusiaan senilai Rp 11,2 triliun.
ANTARA | CHOIRUL AMINUDDIN