TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Rikwanto menjelaskan cara Sultan Haikal, 19 tahun, tersangka peretas ribuan situs, merekrut anak buah. Polanya melalui perkenalan di Facebook.
"Kebetulan sama-sama gemar main game, lalu tukar informasi dengan game dan mereka menjadi pemain game unggulan," katanya. Kadang mereka mendapat uang dari permainan game itu. "Dari situlah mereka akhirnya memiliki ide. Haikal merekrut mereka untuk meneruskan pembobolan situs yang telah dia buka untuk mencari keuntungan., “ kata Rikwanto.
Baca juga:
Berburu Peretas Seharga Rp 40 Miliar
Menurut Rikwanto, para tersangka ini tidak memerlukan dana untuk membobol situs-situs itu. Mereka hanya perlu keterampilan saja. Ada pun kerugian akibat perbuatan mereka saat ini mencapai Rp 1,9 miliar, hasil dari membobol Tiket.com. "Kami masih dalami kerugian yang lain juga," katanya.
Haikal lantas dikenai pasal pencurian, tindak pidana pencucian uang, dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Rikwanto mengatakan pula, Mabes Polri belum mengarah untuk merangkul Haikal karena kemahirannya itu. "Kami masih meneliti dulu, dia siapa, kemampuannya sebesar apa, situs-situs yang dia bongkar seperti apa, dan caranya seperti apa. Masih diperiksa secara mendalam."
Rikwanto enggan membahas soal kelompok Gantengers Crew yang disebut-sebut adalah kelompok Haikal. "Kami belum bicara kelompok-kelompok ya. Ini pemain yang baru kami temukan. Jadi mereka yang tiga orang berdomisili di Balikpapan, Haikal di Pulau Jawa," katanya.
Tiga pemuda yang ditangkap sebelumnya, MKU (19 tahun), AI (19), dan NTM (27) memberikan kesaksian bahwa ada 4.600 situs yang pernah dibuka Haikal. Namun, tidak semuanya urusan ekonomi atau urusan mendapatkan penghasilan. Kebanyakan peretasan situs itu juga untuk urusan unjuk kemampuan.
REZKI ALVIONITASARI