TEMPO.CO, Ponorogo - Personel polisi wanita dan Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad) dilibatkan dalam menangani tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Mereka mendampingi pengungsi agar mampu mengurangi trauma psikologis pascabencana.
“Terutama bagi anak-anak dan perempuan,’’ kata pelaksana tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, Sumani, Senin, 3 April 2017.
Baca: Longsor Ponorogo, Begini Warga Trauma dan Ingin Relokasi
Menurut dia, jumlah warga yang mengungsi sekitar 200 orang. Mereka menyebar di sejumlah rumah warga yang tidak terdampak tanah longsor. Pasca-terjadinya tanah longsor, Sabtu, 1 April 2017, kondisi psikologis pengungsi kian membaik. "Mereka masih trauma, tapi tidak separah pada hari pertama," ujarnya.
Kepala Desa Banaran Sarnu menyatakan kondisi psikologis para pengungsi secara umum tidak terganggu. Hanya, salah seorang warga masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Hardjono, Ponorogo, akibat trauma. Beberapa saat setelah tanah longsor pada Sabtu lalu, warga tersebut histeris. "Informasinya, sekarang sudah tidak lagi," katanya.
Sarnu menuturkan kondisi salah seorang anak, yang sempat shock setelah tanah longsor, sudah mulai stabil. Kendati demikian, para pengungsi masih membutuhkan pendamping untuk memulihkan trauma psikologis.
Simak pula: Longsor di Ponorogo, Timbunan Disemprot Air Buat Evakuasi Korban
Berdasarkan pantauan Tempo, empat personel polwan dan Kowad berusaha melakukan pendekatan psikologis terhadap pengungsi dengan mengajak berbincang. Selain itu, petugas mengajak anak-anak bermain dan bernyanyi bersama di salah satu pengungsian.
Bencana tanah longsor di Desa Banaran terjadi pada Sabtu pekan lalu. Sebanyak 28 warga dinyatakan hilang tertimbun material tanah longsor. Tiga di antaranya telah ditemukan dan langsung dimakamkan. Longsor juga mengakibatkan 28 rumah rusak parah.
NOFIKA DIAN NUGROHO