TEMPO.CO, Yogyakarta - Pendiri dan Presiden Islamic Research Foundation (IRF) di India Zakir Abdul Karim Naik alias Zakir Naik menyatakan dia adalah umat Islam fundamentalis. Mengingat arti fundamentalis menurut kamus Oxford adalah berpegang teguh pada ajaran agama, khususnya dalam memahami ajaran Islam. Sedangkan istilah fundamentalis sering diartikan secara umum, termasuk oleh media sebagai ekstrimis.
“Dilihat dari arti itu, saya bersaksi bahwa saya umat Islam fundamentalis. Tapi media tidak tahu arti sebenarnya,” kata Zakir saat menyampaikan kuliah umum di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin, 3 April 2017.
Baca juga: Alasan Zakir Naik Utamakan Peserta Non-Muslim untuk Bertanya
Istilah Islam sebagai agama fundamentalis maupun istilah Islam sebagai agama jihad yang diidentikkan dengan aksi terorisme, menurut Zakir, muncul setelah tragedi gedung World Trade Center (WTC) yang ditabrak pesawat pada 11 September 2001 silam. Pencitraan itu mengakibatkan umat Islam di Amerika kian dipinggirkan. “Citra itu dikampanyekan media internasional,” kata Zakir.
Akibatnya, publik pun menggunakan istilah yang sama untuk merujuk pada pemahaman sebagaimana diinterpretasikan media tanpa mengetahui arti sebenarnya. Zakir pun mengajak umat Islam maupun non-muslim untuk meluruskannya. Mengingat Islam berdasarkan artinya adalah damai yang telah diajarkan dan disebarkan Nabi Muhammad SAW sejak 1.400 tahun silam.
Baca juga: Ceramah Zakir Naik di UMY Dihadiri Lintas Agama dan Ragam Bangsa
“Banyak yang suka perdamaian. Tapi anehnya banyak yang tak menyukai perdamaian (yang merupakan arti dari Islam),” kata Zakir.
Meski umat Islam dipojokkan, Zakir melanjutkan, usai tragedi WTC justru banyak yang menjadi muallaf di Amerika. “Perkembangan umat Islam kian pesat,” kata Zakir.
PITO AGUSTIN RUDIANA