TEMPO.CO, Ponorogo - Pencarian 26 korban hilang akibat tanah longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur belum membuahkan hasil hingga Senin siang, 3 April 2017. Pencarian tersebut terkendala dua faktor.
"Salah satunya tebalnya timbunan material longsor yang sekitar 100 meter," kata Pelaksana Tugas Kepala BPBD Ponorogo Sumani ditemui di posko bencana Desa Banaran.
Baca juga: 26 Korban Tanah Longsor Ponorogo Masih Belum Ditemukan
Petugas gabungan dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI Angkatan Darat, Kepolisian, dan para relawan masih melakukan evakuasi di tiga zona kawasan perbukitan tersebut.
Selain tebalnya timbunan, volume longsor yang mencapai 80 ribu meter kubik menyulitkan evakuasi.
Kendati demikan, Deputi II Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana,Tri Budiarto, menjelaskan pencarian korban juga dengan menurunkan dua ekor anjing pelacak K-9. Menurut dia, hewan itu memiliki daya pengendusan yang bisa diandalkan mencari korban. "(Anjing) merupakan salah satu upaya untuk menemukan korban," ujar dia.
Namun, karena material longsor terlalu tebal dimungkinkan sulit mendeteksi keberadaan korban. Hal itu diakui menjadi kesulitan tersendiri dalam proses pencarian.
Simak pula: Evakuasi Longsor Ponorogo, Seribuan Petugas Diterjunkan
Karena itu, alat berat berupa ekskavator yang diterjunkan ditambah. Pada hari pertama longsor, Sabtu, 1 April 2017 jumlahnya sebanyak empat unit. "Kemungkinan alat beratnya sudah cukup," ucap Tri.
Sebelumnya, dua dari 28 korban yang dinyatakan hilang berhasil ditemukan tewas di antara timbunan material longsor dan bangunan rumah dengan ketebalan sekitar lima meter pada Ahad, 2 April 2017. Keduanya tinggal serumah, yaitu Katemi, 70 tahun dan Iwan Danang Suwandi, 30 tahun.
NOFIKA DIAN NUGROHO