TEMPO.CO, Kutai Kartanegara - Banjir besar merendam empat dusun di Desa Santan Tengah, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Ahad, 2 April 2017. Banjir kali ini merendam pemukiman dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter. Akibatnya, aktivitas warga lumpuh. Sekolah diliburkan. Yang dikhawatirkan keberadaan buaya yang dianggap jadi ancaman warga yang terkena dampak. Data sementara mencatat adasekitar 600 Kepala Keluarga (KK) jadi korban.
"Sudah sering banjir, tapi ini masyarakat teriak semua karena banjirnya tinggi sekali. Tadi saya turun, airnya melewati pusat," kata Kepala Desa Santan Tengah, Nasrullah saat dihubungi dari Samarinda, Ahad, 2 April.
Baca juga:
Empat Korban Satu Keluarga Tewas Diterjang Banjir Bandang
Banjir kali ini diakui lebih besar dari biasanya. Kawasan yang biasa tidak terkena dampak kini turut tenggelam. Semua dusun terendam, Dusun Handil II, Handil III, Kampung Masjid dan Handil Mico. "Paling parah di kampung masjid dan di Handil III, semuanya tenggelam (dengan kisaran ketinggian air berkisar diatas 1,5 meter)," ungkap Nasrullah.
Selain karena curah hujan tinggi, Nasrullah meyakini banjir terjadi akibat aktivitas tambang batu bara di hulu sungai Desa Santan Tengah. "Karena airnya berbeda dengan dulu (sebelum ada tambang), kalau karena air pasang kan warnanya biasa lumpur campur warna hitam," kata Nasrullah.
Banjir kali ini kata Nasrullah, mengancam sejumlah petani jagung dan lombok terancam gagal panen. Hasil tanaman yang sudah dipanen juga terancam gagal didistribusikan.
"Hasil panen bisa tidak diambil tengkulak. Akses jalan (keluar masuk Desa Santan Tengah) putus," kata Nasrullah.
Baca pula:
Bandung Barat Alami Banjir Bandang
Aktivitas sekolah terganggu, Nasrullah menyatakan sekolah diliburkan karena banjir.
"Yang jelas sekolah yang sudah masuk data kami diliburkan itu SD Negeri 015," kata dia. Selain itu, ancaman akan keberadaan buaya juga menjadi momok tersendiri bagi korban banjir. "Buaya juga sering dilihat warga masuk ke pemukiman. Itu patut diwaspadai," kata Nasrullah.
Sementara, Mansur, 40 tahun, warga Desan Santan Tengah juga merasa heran. Sebelumnya, banjir hanya terjadi di kawasan rendah dan berbeda dengan banjir saat ini. "Biasanya agak tinggi wilayahnya itu tidak tenggelam, sekarang di (Dusun) Handil III terendam semua," kata dia.
Mansur tak memungkiri jika hujan deras menjadi salah satu penyebab banjir. Namun ia heran, sebelumnya meski hujan deras banjir tidak separah ini. Ia memperkirakan eksplotasi tambang batu bara membuat penyerapan air tidak sempurna karena sungai juga menjadi dangkal. "Daerah sungai semakin dangkal dan eksploitasi tambang batu bara sehingga penyerapan air tidak optimal," kata Mansur.
Hingga saat semalam, warga masih waspada karena diperkirakan air terus merangkak naik. "Ini masih was-was karena air terus naik," kata dia.
FIRMAN HIDAYAT/SAPRI MAULANA