TEMPO.CO, MAGELANG -–Dua hari sejak peristiwa pembunuhan Krisna Wahyu Nurachmad, lingkungan SMA Taruna Nusantara Magelang, Jawa Tengah lebih lengang. Sesekali mobil kepolisian hilir mudik masuk. Beberapa diantaranya yang masuk adalah mobil orang tua siswa yang sedang menjenguk.
Bagi pengendara motor, diharuskan membuka kaca helm. Sedangkan bagi pengendara mobil, diharuskan membuka kaca mobil.
Wakil Kepala SMA Taruna Nusantara Cecep Nurdiansyah menuturkan, sekolah sedang melakukan sterilisasi lokasi, terutama di tempat pembunuhan terjadi. Para siswa yang keluar sekolah, wajib melapor kepada satpam alasan mereka keluar. Keluarga dan orang tua hanya bisa berkunjung hari Sabtu sore dan Minggu sore.
“Kami biasanya menyebut izin Keluar Kampus dengan menggunakan seragam putih abu-abu dengan batasan jam lima sore. Bila izin ke dokter, sepulang itu harus dapat surat keterangan dari dokter,” kata Cecep sambil menunjuk siswa yang sedang keluar sekolah..
Berdiri sejak 1990, SMA Taruna Nusantara dibangun di atas lahan seluas 28 hektare dan terdiri dari 30 asrama siswa. Jumlah keseluruhan siswa di sekolah ini mencapai 1106.
Masing-masing asrama terisi sebanyak 36-38 siswa. Mereka dijaga 6 pamong yang berjalan keliling. Ada pun asrama siswi SMA Taruna Nusantara dijaga oleh bintara aktif dari Polri dan TNI. “Pamong yang libatkan penjagaan berasal dari pensiunan TNI dan Polri, sebagian diantaranya masih aktif,” ujarnya.
Cecep menyayangkan, lolosnya pisau yang dibawa AMR, terduga pelaku pembunuhan siswa SMA Taruna Nusantara itu ke lingkungan sekolah. Pisau tersebut dibeli di sebuah supermarket setelah mendapat izin dari pos keamanan yang keluar bersama ketiga temannya.
Mereka berpamitan untuk membeli bahan prakarya. Dia mencontohkan kegiatan prakarya di sekolah salah satunya memasak. “Jarak waktu sekitar 5 jam setelah membeli digunakan untuk menikam korban,” katanya.
BETHRIQ KINDY ARRAZY