TEMPO.CO, Jakarta - Bertahun tahun Abdul Tholib mencoba tegar demi lima anaknya. Dia mengambil alih peran ayah sekaligus ibu bagi Ahmad Januar, Ilham, M. Faizal, Siti Dela, dan Siti Nadira. Perasaannya luruh saat melihat Siti Humaida, istrinya, tidak bisa mendampingi anak-anaknya beranjak dewasa. Terutama dua putri bungsunya, Siti Dela dan Siti Nadira, yang hanya bisa memamerkan koleksi gambarnya kepada ibunya yang terdiam.
”Hati saya ini sudah kosong, demi membesarkan anak-anak saja. Saya sudah pasrah, semua orang bisa sakit dan akhirnya akan mati. Semua saya serahkan kepada Tuhan saja,” ujarnya.
Baca lebih dahulu:
Istri Mati Suri 7 Tahun (1), Ujian Cinta Tholib dan Humaida
Kondisi Siti Humaida itu tentu tak menghabiskan sedikit biaya untuk kesembuhannya. Bahkan bengkel mobil Abdul Tholib yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi keluarga kini sudah tiada. Alat kerja bengkel satu per satu pun hilang dicuri orang.
”Istri saya ini tidak bisa ditinggalkan sama sekali. Saya pernah selama lima bulan tidak beranjak dari bangsal perawatan di rumah sakit Paser. Alat kerja bengkel senilai Rp 50 juta hilang entah ke mana,” kata dia, berkisah.
Sebelumnya, melalui bengkel itulah Abdul Tholib mampu membiayai seluruh kebutuhan keluarganya. Taraf ekonominya lumayan, mampu membawa pulang Rp 5 juta per bulan. Dia bisa menggaji empat montir bengkel yang terletak di Kuaro, Kabupaten Paser. “Anak-anak masih kecil butuh biaya sekolah, istri menderita kelumpuhan total. Pemasukan tidak ada sama sekali. Akhirnya berharap bantuan dari orang lain,” ucapnya.
Kini, Abdul Tholib bisa membuka kembali bengkelnya walaupun itu masih dirasakan kurang, mengingat besarnya kebutuhan keluarganya. Dia juga kadang harus pulang-pergi Paser-Samarinda berjarak 600 kilometer kala membesuk istrinya di RS AW Sjahranie.
”Istri dijaga anak tertua yang baru saja lulus kuliah. Saya membangun ekonomi keluarga kembali lewat usaha bengkel yang mampu memberi masukan Rp 1 juta per bulan. Masih jauh mencukupi untuk nafkah keluarga dan biaya anak saya merawat ibunya di Samarinda,” tuturnya.
SG WIBISONO | S. DIAN ANDRYANTO