TEMPO.CO, Mataram - Mulai Ahad, 26 Maret, seusai maghrib hingga Senin, 27 Maret 2017, pukul 3 dinihari, lebih dari setengah wilayah Kota Bima tergenang banjir hingga setinggi leher orang dewasa. Sebanyak 2.500 penduduk 22 dari 38 kelurahan di lima kecamatan di Kota Bima terdampak banjir sehingga harus mengungsi.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima Ikhsan, banjir ini berasal dari luapan Sungai Padolo, yang merupakan pertemuan antara Sungai Lampe, Sungai Salo, dan Sungai Melayu. "Kalau dua sungai bertemu di Sadia, itu besar pasti meluap," katanya kepada Tempo, Senin pagi, 27 Maret 2017.
Baca juga:
Kerusakan Lingkungan Penyebab Banjir di Bima
Koresponden Tempo di Kota Bima, Akhyar H.M. Nur, yang rumahnya di Kampung Salama, Kelurahan Nae, terdampak banjir, mengatakan tinggi air di rumahnya sampai dada orang dewasa. "Di beberapa tempat masih banjir," ujarnya.
Menurut dia, kelurahan terparah yang mengalami banjir adalah Kelurahan Tanjung, Dara, Paruga, Melayu, dan Nae karena dekat laut akibat dikepung air pasang laut. Sedangkan untuk kecamatan di Kabupaten Bima yang terparah terkena banjir adalah Kecamatan Monta, Woha, Sape, Ambalawi, Langgudu, Belo.
Kepala Stasiun Meteorologi Bandara Sultan Salahudin Bima Daryatno mengatakan sudah memberi peringatan setelah melihat radar cuaca tentang adanya akumulasi curah hujan di atas 50 milimeter. ''Maka akan terjadi potensi banjir. Masyarakat diminta waspada,'' ucapnya.
Ia menjelaskan, semula musim hujan diramalkan sampai Maret 2017. Namun kemungkinan mundur menjadi hingga April atau Mei 2017.
SUPRIYANTHO KHAFID