TEMPO.CO, Bandung - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak terkejut saat Wali Kota Bandung Ridwan Kamil merapat ke partai Nasional Demokrat (Nasdem) untuk maju menjadi Calon Gubernur Jawa Barat 2018 mendatang. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, Andreas Hugo Pareira mengaku masih berhubungan dengan orang nomor satu di Kota Bandung setelah merapat ke pangkuan Nasdem.
"Ya biasa aja, kan kita juga tahu yang bisa memutuskan mengusung itu kan harus 20 persen sementara yang posisi sekarang (Nasdem) kan masih jauh dari itu," ujar Andreas di Bandung, Kamis, 23 Maret 2017.
Baca: Dedi Mulyadi Tak Merasa Saingi Ridwan Kamil, Tunggu Golkar
Menurut Andreas, Ridwan Kamil mempunyai hubungan baik dengan PDIP karena sering mendapat undangan dari partai pimpinan Megawati tersebut. "Sebenarnya biasa-biasa aja kita tahu peta politik di Jabar itu seperti gimana. Sebelumnya pak Ridwan Kamil punya hubungan baik bahkan sebelumnya kan sering kita undang di acara-acara partai beliau suka jadi narsum jauh sebelum yang ini," katanya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer pada 27 Februari hingga 7 Maret 2017 kemarin, elektabilitas Ridwan Kamil memang mengungguli calon lain dalam bursa pemilihan Gubernur 2018. Tingginya elektabilitas Ridwan Kamil diakui Andreas. Namun faktor penentu lain seperti modal politik, kata dia, memang masih belum digenggam utuh oleh Ridwan.
Baca: Pilkada Jawa Barat, Survei: Elektabilitas Ridwan Kamil Tertinggi
"Partai pasti punya peran karena Jabar ini wilayah yang besar, justru itu peta sekarang belum berubah dan bergerak karena partai politik belum memutuskan," kata dia. "Tidak semua sebagian besar pemilih itu bisa dijangkau oleh sosial media ya, sehingga perlu ada komunikasi-komunikasi langsung dan disini partai yang mempunyai jaringan sampai ke bawah akan menentukan."
Sementara itu, pengamat politik Universitas Katolik Parahyangan, Asep Warlan Yusuf mengatakan langkah yang diambil Emil mendeklarasikan diri untuk maju memperebutkan kursi panas Jabar 1, bisa dibilang tergesa-gesa. Musababnya, kata dia, lawan-lawannya akan dengan mudah mengorek-ngorek kelemahan Emil sehingga sewaktu-waktu bisa menjadi bom waktu yang siap menurunkan elektabilitas.
AMINUDDIN A.S.