TEMPO.CO, Bangkok - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan keprihatinannya atas terjadinya serangan teroris di London, Inggris. Serangan itu menewaskan empat orang dan melukai sekitar 40 orang. "Kami turut prihatin dengan kejadian tersebut. Radikalisme atau orang marah seperti itu ada di mana-mana sekarang," ujar Jusuf di Bangkok, Thailand, Kamis, 23 Maret 2017.
London mendapat serangan teror pada Rabu waktu Inggris. Serangan pertama dilakukan dalam bentuk mobil berkecepatan tinggi yang menerabas kerumunan orang di dekat jembatan Westminster, dekat Big Ben. Adapun serangan kedua dilakukan di depan gerbang Gedung Parlemen Inggris seusai mobil ditabrakkan ke pagar gedung.
Baca: Pelaku Teror London Berwajah Asia, Berjanggut, Usia 40-an
Serangan ini terjadi setahun setelah teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) membunuh 32 orang dalam serangan ganda di Kota Brussels, Belgia. Di sisi lain, setahun setelah serangkaian serangan mematikan di Eropa, Inggris tak pernah menjadi sasaran.
Gedung parlemen terpaksa ditutup selama beberapa jam akibat serangan ini. Para wakil rakyat diungsikan ke dekat Westminster Abbey dan kantor pusat Kepolisian Metro London.
Kalla mengaku belum mendapat laporan lengkap dari KBRI di London perihal serangan tersebut. Oleh karenanya, dia pun masih tak yakin apakah serangan di London sebagai bentuk radikalisme atau kemarahan orang biasa.
Simak: Teror London, Tindakan Spontan Anggota Parlemen Ini Raih Pujian
"Ada banyak motif. Seperti di Paris, kan mereka ternyata orang yang mabuk, suka minum. Jadi, saya belum paham radikalismenya di mana," ujarnya.
Ia juga beranggapan serangan bisa saja karena kemarahan akibat situasi di Timur Tengah yang tak kunjung mereda. Jika orang sudah marah, apalagi berada di negara yang terus dirundung konflik, lama-kelamaan akan melakukan tindakan yang tak terduga.
"Ya kalau di Timur Tengah bom terus, ini mereka juga marah. Timbul sentimennya, negaranya rusak. Marah juga. Negara besar harus memperhatikan itu juga," ujarnya.
ISTMAN M.P.