TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Brigadir Jenderal Rikwanto membeberkan peran Nanang Kosim, terduga teroris yang tewas dalam penangkapan di Ciwandan, Banten, Kamis, 23 Maret 2017, pukul 12.00 WIB.
Rikwanto mengatakan Nanang pernah mengikuti pertemuan Anshor Daulah di Batu, Malang, Jawa Timur, pada 20-25 November 2015.
Baca: Densus 88 Sergap 4 Terduga Teroris di Banten, Satu Orang Tewas
“Nanang sebagai pengajar teknik persenjataan,” kata Rikwanto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 23 Maret. Nanang, kata Rikwanto, juga berperan dalam perencanaan pelatihan militer di Halmahera, sebagai basis pelatihan militer kelompok Anshor Daulah menggantikan Poso dan pembelian senjata M16 untuk kelompok tersebut sejak 2015.
Selain itu, Rikwanto menyebutkan Nanang menyembunyikan Abu Asybal dalam pelarian pasca-serangan Bom Thamrin pada 2016. Bersama Fajrun, kata dia, Nanang juga melakukan latihan pembuatan bom di Gorontalo pada 2016. “Ia juga mengetahui dan menyembunyikan Andi Bakso, pelaku bom gereja di Samarinda,” ujar Rikwanto.
Simak pula: Angkot Vs Ojek Online, Kapolri Tito Tegur Keras Polisi di Bogor
Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap empat terduga teroris di wilayah Banten, pukul 12.00 WIB. Rikwanto mengatakan tim menyita satu barang bukti berupa sebuah pistol dalam penyergapan tersebut. Abdul Madjid, rekan semobil Nanang, mengalami luka tembak di bagian tangan.
Kepolisian juga menangkap Achmad Supriyanto dan Icuk Pamulang, rekan Nanang dan Madjid, pada mobil terpisah. Menurut Rikwanto, keduanya menyerah saat dihadang kepolisian. “Sehingga dapat langsung ditangkap,” katanya.
ARKHELAUS WISNU