INFO PURWAKARTA - Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Budi Sulistijo, memuji penataan wilayah perkotaan Purwakarta, Jawa Barat, saat ini. Di setiap sudut kota ada ruang publik dalam bentuk taman kota. Bahkan jalan-jalan protokol perkotaan tampak begitu tertata rapi, dinamis, dan penuh ornamen khas kebudayaan Sunda yang kental.
“Di jalan protokol Sudirman, misalnya, jika malam hari serasa di Kota Shinjuku, Jepang. Bedanya, di Shinjuku, semakin malam semakin banyak gerombolan orang, sedangkan di Jalan Sudirman Purwakarta makin sepi,” ujar Budi.
Selain itu, hal lain di Purwakarta yang membuat Budi kagum adalah konsep pembangunannya yang mengesankan konsep budaya Sunda. “Pembangunan bidang apa pun memang tidak boleh meninggalkan akar dan nilai-nilai budaya lokal. Sebab, itu akan menjadi tinggi harganya dan dihargai orang,” tuturnya.
Mendapat pujian tersebut, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berjanji akan terus memperkukuh nilai-nilai kebudayaan Sunda yang berakar dan bersenyawa pada bumi, air, matahari, dan angin.
Pada mulanya, Kang Dedi, sapaan akrab bupati, mengaku mendapat tekanan keras dari sebagian kelompok orang yang belum paham benar tentang konsep pembangunan berkarakter budaya Sunda.
Baca Juga:
“Saya sempat disebut orang yang menghidupkan lagi animisme, muslim yang murtad, bahkan ada di antaranya mengatakan saya sudah gila. Saya tak marah dan memakluminya,” ujar bupati yang selalu mengenakan pakaian khas Sunda dalam kesehariannya itu.
Namun sekarang, kata Dedi, mereka menyadari bahwa apa yang dilakukannya tersebut semata-mata untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Tema pembangunan berkarakter tersebut dia sentuhkan pada Taman Air Mancur Sri Baduga, yang kini menjelma menjadi ikon pariwisata Purwakarta dan menjadi air mancur terbesar dan termegah di Asia Tenggara. Lalu ada Taman Pancawarna, Taman Maya Datar, dan Taman Pasanggrahan Pajajaran, yang lokasinya satu hamparan. Ada pula Bale Panyawangan (Museum) Diorama Tatar Sunda, Bale Panyawangan Diorama Nusantara. Sebentar lagi juga akan diresmikan Bale Panyawangan Diorama Ibu, Bale Panyawangan Diorama Wayang Nusantara, dan Bale Panyawangan Diorama Baing Yusuf (ulama besar pendiri kota Purwakarta), yang semua kini menjadi destinasi wisata unggulan Purwakarta. “Sekarang warga Purwakarta bisa menikmati hasilnya, bahkan membanggakannya,” ujar Dedi.
Bahkan, fasilitas publik di Kota Purwakarta kini banyak diserbu para pelancong, tidak hanya dari wilayah Jawa Barat, tapi juga Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Sumatera dan Kalimantan. “Di antara mereka bahkan ada dari kalangan birokrasi yang sengaja melakukan studi banding buat penataan pembangunan kota dan destinasi wisata di daerahnya,” kata Dedi.
Dedi juga berencana membangun sebuah masjid berarsitektur Sunda di dekat gerbang Cikopo, yang akan menjadi destinasi rohani. (*)