TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla merasa kehilangan atas meninggalnya KH Hasyim Muzadi. Di mata Kalla, Hasyim punya kelebihan sebagai seorang ulama.
"Beliau itu punya satu kelebihan karena satu ulama yang mudah mengunjungi orang, bergerak dan sebagainya," kata Kalla, Kamis, 16 Maret 2016, di Kantor Wapres, Jakarta.
Kalla mengatakan banyak ulama bagus tapi tinggal di pesantren, namun Hasyim berbeda. "Kalau ada apa-apa beliau datangi," kata dia. Keaktifan ini pula yang membuat Hasyim terpilih menjadi Ketua PBNU selama dua periode.
Baca juga: Baca: KH Hasyim Muzadi Meninggal pada Kamis Pagi
Kalla juga mengenang Hasyim sebagai orang yang fleksibel. Saat terjadi bom Bali I pada 2002, pariwisata Bali mengalami penurunan yang luar biasa. Kalla mengatakan saat itu pemerintah ingin pariwsata Bali dikembangkan lagi.
Caranya ialah dengan menggeser hari libur di hari biasa sehingga long weekend. "Saya undang beliau bersama dengan buya yang lain, kita ajak kumpul di restoran, ternyata beliau puasa," kata Kalla yang saat itu menjadi Menko Kesra.
Simak pula: Kesehatan Mulai Pulih, Hasyim Muzadi Makan Rawon dan Lodeh
Saat itu, Kalla bertanya ke Hasyim soal pandangannya jika libur Maulid dan Isra Mi'raj digeser sehingga libur lebih panjang di akhir pekan. "Dia jawab, wah itu susah. Saya balik sekarang kalau pemerintah memutuskan bapak setuju tidak? Dia bilang, NU tidak keberatan. Tidak keberatan sama dengan setuju kan. Jadi dalam waktu dua hari selesai itu persoalan," kata Kalla.
Baca: Bawa Pesan Megawati, Djarot Jenguk Hasyim Muzadi
Kalla menilai Hasyim adalah orang yang bependirian teguh namun moderat. Dia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama dunia yang ingin mengkampanyekan atau membawa islam itu rahmatan lil alamin.
"Karena itu di samping juga dalam negeri, tentu beliau sangat dihormati di kalangan para
ulama luar negeri," kata Kalla.
AMIRULLAH SUHADA